Sumber gambar di sini |
Aku dinikahi laki-laki itu adalah
kebahagiaan yang sulit aku ungkapkan secara detail. Aku mengaguminya sejak awal
memulai pendidikan di Universitas. Dia laki-laki yang bertutur kata halus,
tingkah laku yang sopan, tatapan mata yang menyejukkan, dan dia sangat tampan.
Diam-diam aku mencintainya. Aku ingin memilikinya lebih dari seorang sahabat.
Tapi aku tak berani untuk mengungkapkan secara langsung, nyaliku tak seberani
teman-temanku yang terus mengejarnya. Aku hanya mengagumi dalam diam.
Hingga lulus Universitas aku
masih menyimpan perasaan itu dengan rapi. Dia tak tahu. Dia tetap memperlakukan
aku seperti dia memperlakukan teman-temannya. Akupun sebaliknya.
Yang membuatku terus
menyembunyikan perasaan ini karena aku takut kehilangan sosoknya yang selalu
menemaniku. Aku takut jika nanti aku mengungkapkan, dia akan menjauh dan merasa
risih dengan perasaanku untuknya. Aku tak menginginkan itu terjadi.
Setelah kami diwisuda aku merasa
ada yang mengganjal tapi sulit diungkapkan.
Kekhawatiran yang mendalam.
Aku akan kehilangan hari-hari
bersamanya.
“Yeah aku sudah tidak satu
Universitas dengannya, kami akan melanjutkan hidup masing-masing dan memiliki
lingkungan baru, itu artinya aku akan kehilangan dia di hariku” Batinku
bergejolak.
Seminggu telah berlalu dari kami
diwisuda, aku masih menunggu ijazah keluar dan menghabiskan waktu di rumah. Aku
sangat kesepian. Pikiranku banyak digunakan untuk memikirkan dia daripada
memikirkan pekerjaan yang nanti akan aku jadikan hobby. Ini sangat membuatku
murung dan tak melakukan apa-apa.
Aku sangat merindukan tawanya,
tatapannya, ceritanya dan semuanya yang ada pada dirinya.
Kurasa aku telah melakukan
kebodohan besar dalam hidupku. Aku terus menyembunyikan dan ketakutan dengan
apa yang belum tentu terjadi.