"Distance means so little when someone means so much"
Senin, 10 Februari 2014
Rabu, 05 Februari 2014
Oriflame-man
Yang membuat akhirnya terseret juga... |
Awalnya saya anti dengan bisnis yang multi level marketing
biasa orang bilang MLM. Sebuah bisnis yang semakin
banyak merekrut pasti akan membuat kita semakin kaya. Semakin lemah akar
dalam jaringan pasti bisnis akan runtuh dan bisa jadi lenyap. Iya itu setahu
saya mengenai MLM.
Orang-orang lingkungan saya banyak banget yang mengikuti MLM
semacam itu seperti tuperware, sopie martin, punyanya ustad Yusuf Mansur, banyak
bangetlah dari yang barang yang dipasarkan jelas sampai yang gak jelas cuma
maen rekrut aja. Cerita sana-sini jadi
bertebaran dimana-mana karena bisnis begini pasti harus pandai merayu,
mempromosi dan mensugesti orang.
Setahun berlalu dan teman Saya St Ikhwanul biasa si saya
menyapanya Mba iik karena sifat dewasanya jadi pake embel-embel “Mba”, dia
berhasil menjadi Senior Manager di ORIFLAME. Menjadi Senior Manager dengan bulanan 4-6 juta dan cash award 7 juta tetep
didapat dengan susah payah. Saya merasakan itu sekarang.
Label:
Saky*Oriflame*
Minggu, 02 Februari 2014
Kalau Bukan Cinta, Lalu Apa? #3
Aku
memandangi diriku dibalik kaca. Tubuh memalku terlihat anggun mengenakan dress
merah marun dengan ikat pinggang kecil melingkari pinggulku. Bahu dan pinggul
terlihat langsing mengenakan dress pilihan Doni.
Aku
mengoleskan bush on peach ke kedua pipiku, menebali bibirku dengan lispstik
merah terang. Sempurna.
Doni
menjemputku dengan mobil picantonya yang belum lama dia beli. Jantungku
berdebar cukup cepat membuatku susah mengatur nafas. Ini pertama kalinya Doni
mengajakku makan malam bersama teman-temannya. Tanggannya terus menggandeng
tanganku seperti ibu menggandeng anaknya saat bepergian di pasar.
Aku
saling bertegur sapa dengan teman-teman sekolah s2-nya. Ini malam perpisahan
setelah beberapa bulan kemarin mereka di wisuda. Garis wajahnya terlihat jelas
dan senyum dibibirnya semakin lebar. Aku senang melihatnya.
Setelah
cukup lama mengobrol dan menghabiskan banyak snack, tiba-tiba datang gadis
bertubuh langsing, matanya bulat menyala, bibirnya tipis dan rambutnya
dibiarkan panjang terurai. Aku mencermati detail tubuhnya. Sepertinya aku
pernah mengenali perempuan itu, tapi siapa dan dimana.
Dia
menyalamiku dan menyebutkan namaku pelan. “Dela
ya, salam kenal” Ucapnya. Aku berusaha tersenyum dan memamerkan wajah
ramahku.
Nggak
salah lagi, perempuan ini yang menggoda kekasihku. Dia yang suka mencuri-curi kesempatan
dan bersembunyi dibalik tubuhnya. Dia perempuan yang membuat Doni tertawa-tawa
tanpa beban di salah satu tempat makananala jepang. Perempuan itu teman kuliah S2-nya.
Aku
memukulkan sendok dan garpu cukup keras saat mencoba mengambil stick panas dari
wadahnya. Rasanya pengin aku lempar ke wajahnya yang oriental dengan kawat gigi
menghiasai giginya. Eneg.
“Pelan-pelan sayang” Bisik Doni tepat di
telingaku. Perempuan ini menyulap situasi menjadi asing untukku dan membuat aku
pengin cepat-cepat pergi dari tempat panas ini. Doni sangat nggak peka dengan
suhu tubuhku yang mulai mendidih, dia tetap mengobrol dengan perempuan itu dan
salah satu laki-laki bertubuh gempal dan berkumis tipis seperti anjing laut.
Label:
Saky*cerpen*
Sabtu, 01 Februari 2014
Kalau Bukan Cinta, Lalu Apa? #2
Lanjutan dari kisah sebelumnya, yang belum tau klik di sini
Gerimis
pagi ini membuatku malas beranjak dari kasur. Aku mengambil libur bulananku
tepat hari minggu. Hari yang cukup melelahkan seharusnya, bekerja di saat semua
orang menikmati liburannya. Aku menguap dan menarik selimutku kembali.
Mengeliat dan membiarkan tubuhku bermalas-malasan di kasur yang lama aku
acuhkan.
Kring...kring...kring...
Aku
mencari ponsel yang entah kutaroh dimana. “aduh
siapa si ganggu aja” omelku.
Aku
meraih ponsel tepat di bawah bantal. Tanpa melihat penelponnya, “iya, ada apa?”
“aku, di parkiran ne turun dong” Ucap suara yang tak asing
lagi untukku terakhir ini.
Aku
langsung loncat dan membenahi kasurku. Aku tinggal di aparteman yang safety
cukup baik. Hanya orang yang mememiliki member card yang bisa naik ke lantai
aparteman menggunakan lift, dan aku salah satu penghuni lantai 12 di aparteman
minimalis di pusat kota padat penduduk ini.
Masih
menggunakan baju tidur motif bunga berwarna pink dan rambut yang disisir hanya menggunakan
jari, aku menelusuri koridor dan turun menemui Roni. Kurasa Doni tak akan
datang karena semalam dia berpamitan liburan akhir pekan bersama rekan
kantornya.
“Selamat Pagi Beo Jelek” Roni menyodorkan buket bunga
mawar merah dengan tampang konyolnya. Mataku melotot dan nggak bisa
berkata-kata.
“Nggak suka ya?” Aku mendapati wajahnya yang
kecewa.
“aku suka banget, baby” Aku meraih buket mawar dan
berlari menuju Lift dan Roni mengejarku.
@@@@
Pelanggan
di butik hari ini nggak seramai biasanya. Aku mulai menggoreskan pensilku ke
kertas putih sambil memadupandakan warna. Dalam memadukan warna terkadang
sangat membuatku kesulitan. Aku menghela nafas dan mulai menggoreskan pencilku
lagi dan nanti aku serahkan kepada ahlinya memadu warna siapa lagi kalau bukan
si Sinta.
Sinta
mendekatiku. Matanya sembab dan kerutan di wajahnya sedikit terlihat. Dia
merangkulku dan terisak. Aku kebingungan.
Aku
menunggunya bicara dan membiarkan Sinta menangis di bahuku.
“Del, suami gue selingkuh”
Aku
diam. Seperti ada sengatan listrik yang menyambarku.
“Lo, yakin?”
Sinta
mengangguk dan air matanya kembali merembes semakin banyak.
“Kemarin malam ada perempuan dateng
ke rumah gue, untung laki gue lagi nggak ada. Asal lo tau aja, Perempuan itu
udah hamil dan ngakunya itu anak laki gue Del. Sumpah ya gue kayak mimpi buruk”
Tiba-tiba
aja aku nggak bisa komentar apapun untuk Sinta. Aku memeluknya erat.
“Sabar say, lo jangan gegabah
selidikin dulu aja”.
Ya
Tuhan, aku sangat benci perselingkuhan. Selama ini aku diam dan mengubur
dalam-dalam ingatanku tentang perselingkuhan Doni dengan rekan kantornya. Entah
sudah berakhir atau masih berlanjut aku tak pernah mengambil pusing. Dan kali
ini aku mencoba melakukan perselingkuhan dengan cowo asing yang aku temui di
cafe favoritku. Ini benar-benar hal gila.
Aku menutupi lukaku dan membuat luka
untuknya.
Aku terlalu mudah menebak cinta. Cinta itu saling mengenal, jatuh cinta, perih
dan kembali asing. Bagiku cinta sangat mudah ditebak.
@@@@
Label:
Saky*cerpen*
Langganan:
Postingan (Atom)