Aku ingin merasakan getaran cinta dari
seorang pria. Aku ingin merasakan kenyaman dari sentuhan seorang pria. Aku
ingin merasakan perlindungan dari seorang pria.
Aku berdiri
seorang diri di tepian pantai menerawang jauh ke ujung pandang hingga batas kasat
mata. Aku mematahi setiap sudut kuku dengan gunting kecil yang selalu kukantongi.
Tatapanku kosong tak terarah. Aku sangat galau dan kurasa ini versi akut yang
pernah aku alami sepanjang usiaku. Suhu tubuhku juga naik turun. Aku
benar-benar bimbang dengan perasaan dan daya pikirku ini.
Aku kembali
menata posisi dudukku dengan tenang. Sebisa mungkin aku mampu mengendalikan
emosiku. Clara menatapku dan menggenggap jemariku sembrani meremas. Aku tahu
dia ingin menyampaikan sesuatu yang akan membuatku kecewa. Aku paham betul
dengan setiap gerak-geriknya. Dia sahabat dekatku saat di Perguruan Tinggi yang
hingga kini masih lekat denganku. Aku sendiri tak menyangka jika dia juga
menaruh perasaan yang sama terhadapku. Ke-autis-an diriku memang diterimanya
hingga kami berpacaran 5 Tahun. Selama itu aku merasakan betapa aku menemukan
kecocokan dan kepaduan cinta di dirinya. Di sisi lain aku kesakitan jika
melihat Clara bermesraan dengan pria lain. Aku hanya mampu mematung tanpa
tindakan. Aku hanya bisa mengomel di depannya dengan nada yang tinggi rendah
yang selalu dia sepelekan. Aku tahu, hanya dia yang mampu mengerti keadaanku,
hanya dia yang bisa menutupi kekuranganku, dan hanya dia yang mampu membuatku
DIAM serta mengikuti skenario perjalanan cinta ini.
“ aku tahu
ini lebih berat dari kemarin, tapi aku mohon kamu mengerti posisiku” Clara menatapku
sambil berkaca-kaca. Ku melihat raut wajahnya yang sama gundahnya denganku.
Lidahku seperti terjepit hingga aku sulit berucap. “ Maafkan, aku. “ Clara
kembali mengucap kata maaf. Air matanya menitik. Sungguh aku tak mampu
berkata untuk mengutarakan semua pelik
yang kurasa saat itu. Dia akan menikah, dia tak akan memiliki waktu untukku
lagi seperti kala itu saat dia memiliki kekasih. Saat itu dia memiliki kekasih
hanya status semata. Aku tahu dia hanya mencintaiku. Aku tahu dia hanya
menemukan kenyaman dari diriku. Aku tahu semua itu.
“ Apa kamu
mencintai Rio?” Aku menatap matanya tajam.
Clara terdiam
dan menundung pelan.
“ Liat aku
Rara!!!” Emosiku meninggi.
“ Kita tak
bisa selamanya begini, selama ini kita berjalan di jalan yang salah” Nadanya
semakin meninggi.
“ kamu
mencintai Rio apa TIDAK ” Aku kembali mempertajam pertanyaanku.
“ Sedikit,
kamu harus belajar mencintai pria, Re. Kita sudah menjadi wanita yang matang.
Kita sudah semestinya menikah” Tubuhku lemas. Aku tak menyangka jika dia
mengatakan hal yang tak ingin aku dengar. Menikah. Mencintai Pria.
“ Aku
mencintaimu, Ra. Arti cinta kita selama ini apa?? Palsu? Kamu hanya menenangkan
aku saja dengan berpura-pura mencintaiku?” Air mataku tiba-tiba mengalir pelan
membasahi kedua tulang pipiku.
“ Aku juga
mencintaimu, Rena. Tapi aku harus menikah. Aku tak bisa seperti dulu lagi”
Aku
membanting piring dihadaanku dan berlalu...
***
Aku
merebahkan diri di ranjang empukku dan menatap langit-langit tanpa henti
menangis. Aku rapuh. Segala konsekuensi yang telah aku pikirkan dulu terjadi
sudah. Aku kehilangan dirinya. Aku kehilangan cinta sejatiku. Aku kehilangan
semua makna cinta.
Dua minggu
lagi Clara menikah, dia akan memiliki kehidupan normal bersama pria. Sementara
aku harus meratapi nasib yang tak ingin aku alami. Aku ingin seperti Clara yang
mampu berdiri sendiri tanpa sesama jenisnya.
Kelemah-lembutannya,
kecintaannya terhadapku, senyumannya terlintas sirih berganti di labirin
otakku. Aku tak mampu menahan perih ini. Aku tak sanggup.
“ Rena,
nanti kamu nganter Mamah ke butik ya” Suara Mamah memantul dari balik pintu.
“Maaf Mah,
Aku gak bisa”
Terdengar
Mamah mendekat ke pintu dan memegang gagang pintu pelan. “ Buka pintu Re!!”
Ucapnya pelan.
Terpogoh-pogoh
ku melangkah mengampiri pintu yang terletak di samping almari.
“Memang kamu
gak persiapan untuk pesta pernikahan Clara?” Mamah berbicara tepat dihadapanku
hingga membuatku hampir pingsan.
“ Jangan
bahas apapun tentang CLARA di depanku” Aku berlari menuju ranjang dan merebah
dengan cepat. Aku memang sudah 24 Tahun namun sifak kekanakanku masih sering
muncul. Aku benar-benar muak dengan semua ini. Aku benci semuanya.
Aku merasa
Tuhan tak adil untuk jalan hidupku, mengapa semua orang tak mengerti
perasaanku, mengapa mereka tak bisa menerima aku dan Clara sebagai sepasang
kekasih. Kenapa selalu aku yang harus menderita dan mengalah dari semua ini.
Mengapa hanya aku TUHAN??
Mengapa
hanya wanita dan Pria yang diijinkan untuk menikah??? Mengapa tak ada
perkecualian khusus di dunia ini??
Berkali-kali
aku menghubungi ponselnya namun selalu tak ada jawaban. Beratus-ratus smsku juga tak
ia pedulikan. Aku gelisah. Aku drop berat. Aku rasa dia benar-benar sibuk
mempersiapkan pernikahannya. Dia sudah mengabaikan aku.
Tiba-tiba
ponselku berdering...muncul nama Honey
di layar ponselku.
“Maaf
sayang, sementara waktu jangan hubungi aku dulu”
Seketika
lututku lemas, dia benar-benar serius dengan pernikahannya. Dia berusaha
mencintai orang lain.
***
Semua orang
sibuk memperhatikan Clara dan Rio,
terutama Mamah yang terlalu antusias mengurusi segala keribetan pernikahan
mereka. Aku muak. Aku selalu menghindar dari pembicaraan itu semua. Tapi mamah
selalu saja memberikan info sejauh mana persiapan pernikahan itu. Cukup.
Telingaku hampir saja mimisan .
Hari
pernikahan itu akhirnya tiba juga, aku memutar segala cara untuk menggagalkan
pernikahan mereka. Aku tak peduli lagi pandangan orang tentangku. Mungkin
selama ini aku dan Clara mampu beradu akting hingga semuanya RAPAT. Kini
emosiku tak terbendung lagi. Aku harus mengatakan dengan semua orang jika Clara
milikku, selalu menjadi milikku.
Aku
memberanikan diri untuk melangkah dan mengatakan semuanya. Aku menggendarai Jip
hitam hadiah Papah 2 Tahun silam dengan kecepatan maksimum, aku tak ingin
terlambat. Aku harus menghentikan pernikahan ini.
Aku berlari
mendorong setiap krumunan orang yang ada di sekitar Gedung. Aku tak
memperdulikan setiap mata yang tertuju ke arahku.
“Siapa si
dia, asal nyelonong aja” Bisikan salah satu tamu.
“ Kumal
banget ya,,hiii”
“ Saya trima
nikah dan kawinnya Clara Aulia Ramadani Binti Muhammad Rizal dengan
seperangkat...” Rio terhenti dan menatapku TAJAM.
“
HENTIKAAAANNN!!!!! “ Aku berteriak dengan nafas terengah-engah. Semua mata
menatapku bingung.
Terlihat
wajah Clara sangat Shock dan pucat seketika.
“ Ada apa
Rena?? “ Mamah bertanya dengan ekspresi sama bingungnya dengan para tamu.
“ Clara
hanya milikku, dia kekasihku. Aku mencintai Clara” Seketika aku langsung
mengatakan hal yang selama ini tak diketahui orang lain. Clara langsung
menatapku tajam.
“ Rena, kamu
apa-apaan sih. Aku gak mencintaimu” Clara berkata lantang.
Aku
mengeluarkan setumpuk foto-foto mesraku bersama Clara yang sengaja aku cetak
beberapa bulan yang lalu. Aku langsung melemparnya ke wajah Clara. Clara
tertunduk dan berlari meninggalkan kerumunan.
“ Clara,
kamu gak bisa mengelak lagi jika kita saling mencintai” Aku meneriaki Clara
yang meninggalkanku.
Mamah
langsung mengampiriku, PLAAAKKK. Sentuhan tangan lembutnya menyambar pipiku. “
Mamah” Ucapku pelan. Baru kali ini Mamah menamparku.
“ Semua
Bubar, aku membatalkan pernikahan ini. Aku gak akan menikahi wanita LESBI” Rio
melepas rangkaian bunga yang menghiasi dadanya dan melemparkan ke arahku.
“ Tunggu
dulu nak, jangan percaya hal yang belum kita tahu kebenarannya” Tante Sita,
mamah Clara memegang pundak Rio.
“ Semua udah
cukup Tante” Rio menyodorkan fotoku dan Clara yang sedang berciuman.
Tante Sita
hanya bisa menangis dan kemudian ambruk. Semua orang semakin riuh.
“ Kamu
benar-benar udah mengecewakan Keluarga”. Amarah Mamah memuncak.
“ Kenapa
semua orang tak menerima keberadaanku, kenapa semua orang gak ngerti
perasaanku, aku juga ingin dicintai dan mencintai” Isakku tanpa malu.
“ Kamu sudah
GILA Rena. Kamu gak waras” Papah mulai bicara.
Papah
menarikku meninggalkan para tamu yang masih tercengang dan berbisik-bisik. Aku
memang telah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku memang harus jujur.
Gak selamanya bangkai itu tak terciup aromanya. Tapi mengapa semua orang
menganggapku salah. Apa aku salah mencintai Clara??
Mamah
menusulku...
Pesta sudah
dibubarkan, kami semua kembali ke rumah masing-masing. Clara tak lagi mau bicara
denganku. Dia membisu. Tante Sita dan Om Edi tak juga bergeming untuk
mencairkan suasana. Aku diam dengan tatapan kosong.
“ Mama
benar-benar kecewa sama kamu Clara, Mamah pikir kalian berdua hanya sahabat
murni sahabat” Tante Sita berkata tanpa menatapku.
“Kamu sudah
menghancurkan masa depan anakku, tolong jangan temui Clara lagi dalam bentuk
apapun” Om Edi berkata tajam ke arahku.
Aku hanya
terdiam diambang pintu gerbang. Mereka berlalu dengan mobilnya.
***
Sebulan
telah berlalu aku dan Clara masih bermusuhan. Aku bingung harus berbuat apa??
Pernikahan Clara yang membuatku hancur telah dibatalkan. Namun semuanya tambah
memburuk, Clara tak lagi mengubungiku ataupun menemui aku. Aku merasa sangat
kehilangan.
Apa yang
harus aku lakukan agar semuanya kembali seperti dulu? Apa aku harus mengaku
jika aku dan Clara hanya sebatas teman dan tak lebih? Tapi foto-foto itu....
Aku tak lagi bisa menutupi hubungan ini.
Clara
mengampiriku, hingga mengagetkanku. Dia tak lagi membawa senyum manisnya, dia
juga tak menutup mataku untuk mengerjai aku. Dia telah berubah.
“ Maafkan
aku Ra” Ucapku.
“Sudahlah
semua telah terjadi, tapi sampai kapanpun hubungan kita tak akan bisa disatukan
kejenjang yang lebih serius. Hubungan kita hanya kesenangkan dan kelainan
sesual kita saja. Aku harap kamu ngerti. “ Berulang Kali Clara menasehatiku.
Aku tetap gak bisa untuk mengakhiri hubungan ini.
“ Trus mau
kamu apa sekarang??, Tolong jangan siksa aku dengan kebisuanmu” Aku meremas
tangan Clara. Clara langsung mengelak.
“ Jangan
sentuh aku lagi” Clara berkata tajam. Aku tau, dia sudah melawan perasaannya.
Dia telah sekuat hati untuk melupakanku.
“ Aku akan
pindah ke Singapura, please jangan mengikutiku. Ini salah satu cara agar kita
tak lagi berhubungan. Selama kita masih bertemu, kita tak akan bisa melupakan
kisah cinta terlarang kita ini”
“Aku gak
bisa....”
“ Ren, kita
pasti bisa. Aku wanita dan kamu juga wanita diluar sana ada pria yang akan menjadi jodoh kita masing-masing” Sekuat hati Clara menyakinkanku. Dia
benar-benar ingin jauh dariku. Dia tak lagi ingin berjalan di jalan tak
berujung.
“ Sampai
kapapun aku gak akan membiarkan kamu menikah dengan orang lain, kita bisa ke
Belanda dan menikah di sana Clara”
“Kamu memang
Gila, aku gak ingin menyakiti Mamah. Sudah jangan temui aku lagi!!!”
Clara pergi
meninggalkan aku seorang diri di batas asa. Aku berusaha mencegahnya, namun
semua tak lagi bisa dipaksakan lagi. Keputusan Clara sudah bulat. Dia akan
meneruskan cinta ini. Dia akan menata kehidupan barunya ke arah yang wajar. Apa
aku mampu mengikuti sarannya?? Sekalipun aku belum pernah jatuh cinta dengan
pria.
Aku tak
mengerti mengapa aku begini. Mengapa aku tak bisa tertarik sedikitpun dengan
pria. Hubunganku dengan Clara yang berawal persahabatan yang terlalu dekat
berakhir sudah. Tak akan ada lagi kebahagiaan diriku.
Tuhan
mengapa aku seperti ini???
0 komentar:
Posting Komentar