Jumat, 06 Januari 2012

Aku mencintai Wanita



Aku ingin merasakan getaran cinta dari seorang pria. Aku ingin merasakan kenyaman dari sentuhan seorang pria. Aku ingin merasakan perlindungan dari seorang pria.

Aku berdiri seorang diri di tepian pantai menerawang jauh ke ujung pandang hingga batas kasat mata. Aku mematahi setiap sudut kuku dengan gunting kecil yang selalu kukantongi. Tatapanku kosong tak terarah. Aku sangat galau dan kurasa ini versi akut yang pernah aku alami sepanjang usiaku. Suhu tubuhku juga naik turun. Aku benar-benar bimbang dengan perasaan dan daya pikirku ini. 

Aku kembali menata posisi dudukku dengan tenang. Sebisa mungkin aku mampu mengendalikan emosiku. Clara menatapku dan menggenggap jemariku sembrani meremas. Aku tahu dia ingin menyampaikan sesuatu yang akan membuatku kecewa. Aku paham betul dengan setiap gerak-geriknya. Dia sahabat dekatku saat di Perguruan Tinggi yang hingga kini masih lekat denganku. Aku sendiri tak menyangka jika dia juga menaruh perasaan yang sama terhadapku. Ke-autis-an diriku memang diterimanya hingga kami berpacaran 5 Tahun. Selama itu aku merasakan betapa aku menemukan kecocokan dan kepaduan cinta di dirinya. Di sisi lain aku kesakitan jika melihat Clara bermesraan dengan pria lain. Aku hanya mampu mematung tanpa tindakan. Aku hanya bisa mengomel di depannya dengan nada yang tinggi rendah yang selalu dia sepelekan. Aku tahu, hanya dia yang mampu mengerti keadaanku, hanya dia yang bisa menutupi kekuranganku, dan hanya dia yang mampu membuatku DIAM serta mengikuti skenario perjalanan cinta ini. 


“ aku tahu ini lebih berat dari kemarin, tapi aku mohon kamu mengerti posisiku” Clara menatapku sambil berkaca-kaca. Ku melihat raut wajahnya yang sama gundahnya denganku. Lidahku seperti terjepit hingga aku sulit berucap. “ Maafkan, aku. “ Clara kembali mengucap kata maaf. Air matanya menitik. Sungguh aku tak mampu berkata  untuk mengutarakan semua pelik yang kurasa saat itu. Dia akan menikah, dia tak akan memiliki waktu untukku lagi seperti kala itu saat dia memiliki kekasih. Saat itu dia memiliki kekasih hanya status semata. Aku tahu dia hanya mencintaiku. Aku tahu dia hanya menemukan kenyaman dari diriku. Aku tahu semua itu. 


“ Apa kamu mencintai Rio?” Aku menatap matanya tajam. 


Clara terdiam dan menundung pelan. 

“ Liat aku Rara!!!” Emosiku meninggi. 

“ Kita tak bisa selamanya begini, selama ini kita berjalan di jalan yang salah” Nadanya semakin meninggi. 

“ kamu mencintai Rio apa TIDAK ” Aku kembali mempertajam pertanyaanku. 

“ Sedikit, kamu harus belajar mencintai pria, Re. Kita sudah menjadi wanita yang matang. Kita sudah semestinya menikah” Tubuhku lemas. Aku tak menyangka jika dia mengatakan hal yang tak ingin aku dengar. Menikah. Mencintai Pria. 

“ Aku mencintaimu, Ra. Arti cinta kita selama ini apa?? Palsu? Kamu hanya menenangkan aku saja dengan berpura-pura mencintaiku?” Air mataku tiba-tiba mengalir pelan membasahi kedua tulang pipiku. 

“ Aku juga mencintaimu, Rena. Tapi aku harus menikah. Aku tak bisa seperti dulu lagi” 

Aku membanting piring dihadaanku dan berlalu...

***

Aku merebahkan diri di ranjang empukku dan menatap langit-langit tanpa henti menangis. Aku rapuh. Segala konsekuensi yang telah aku pikirkan dulu terjadi sudah. Aku kehilangan dirinya. Aku kehilangan cinta sejatiku. Aku kehilangan semua makna cinta. 


Dua minggu lagi Clara menikah, dia akan memiliki kehidupan normal bersama pria. Sementara aku harus meratapi nasib yang tak ingin aku alami. Aku ingin seperti Clara yang mampu berdiri sendiri tanpa sesama jenisnya. 


Kelemah-lembutannya, kecintaannya terhadapku, senyumannya terlintas sirih berganti di labirin otakku. Aku tak mampu menahan perih ini. Aku tak sanggup. 

“ Rena, nanti kamu nganter Mamah ke butik ya” Suara Mamah memantul dari balik pintu.

“Maaf Mah, Aku gak bisa” 

Terdengar Mamah mendekat ke pintu dan memegang gagang pintu pelan. “ Buka pintu Re!!” Ucapnya pelan. 

Terpogoh-pogoh ku melangkah mengampiri pintu yang terletak di samping almari. 

“Memang kamu gak persiapan untuk pesta pernikahan Clara?” Mamah berbicara tepat dihadapanku hingga membuatku hampir pingsan. 

“ Jangan bahas apapun tentang CLARA di depanku” Aku berlari menuju ranjang dan merebah dengan cepat. Aku memang sudah 24 Tahun namun sifak kekanakanku masih sering muncul. Aku benar-benar muak dengan semua ini. Aku benci semuanya. 

Aku merasa Tuhan tak adil untuk jalan hidupku, mengapa semua orang tak mengerti perasaanku, mengapa mereka tak bisa menerima aku dan Clara sebagai sepasang kekasih. Kenapa selalu aku yang harus menderita dan mengalah dari semua ini. Mengapa hanya aku TUHAN??

Mengapa hanya wanita dan Pria yang diijinkan untuk menikah??? Mengapa tak ada perkecualian khusus di dunia ini??

Berkali-kali aku menghubungi ponselnya namun selalu tak ada jawaban. Beratus-ratus smsku   juga tak ia pedulikan. Aku gelisah. Aku drop berat. Aku rasa dia benar-benar sibuk mempersiapkan pernikahannya. Dia sudah mengabaikan aku. 

Tiba-tiba ponselku berdering...muncul nama Honey di layar ponselku. 

“Maaf sayang, sementara waktu jangan hubungi aku dulu”

Seketika lututku lemas, dia benar-benar serius dengan pernikahannya. Dia berusaha mencintai orang lain. 

***

Semua orang sibuk memperhatikan  Clara dan Rio, terutama Mamah yang terlalu antusias mengurusi segala keribetan pernikahan mereka. Aku muak. Aku selalu menghindar dari pembicaraan itu semua. Tapi mamah selalu saja memberikan info sejauh mana persiapan pernikahan itu. Cukup. Telingaku hampir saja mimisan . 


Hari pernikahan itu akhirnya tiba juga, aku memutar segala cara untuk menggagalkan pernikahan mereka. Aku tak peduli lagi pandangan orang tentangku. Mungkin selama ini aku dan Clara mampu beradu akting hingga semuanya RAPAT. Kini emosiku tak terbendung lagi. Aku harus mengatakan dengan semua orang jika Clara milikku, selalu menjadi milikku. 

Aku memberanikan diri untuk melangkah dan mengatakan semuanya. Aku menggendarai Jip hitam hadiah Papah 2 Tahun silam dengan kecepatan maksimum, aku tak ingin terlambat. Aku harus menghentikan pernikahan ini. 


Aku berlari mendorong setiap krumunan orang yang ada di sekitar Gedung. Aku tak memperdulikan setiap mata yang tertuju ke arahku. 

“Siapa si dia, asal nyelonong aja” Bisikan salah satu tamu. 

“ Kumal banget ya,,hiii” 

“ Saya trima nikah dan kawinnya Clara Aulia Ramadani Binti Muhammad Rizal dengan seperangkat...” Rio terhenti dan menatapku TAJAM.

“ HENTIKAAAANNN!!!!! “ Aku berteriak dengan nafas terengah-engah. Semua mata menatapku bingung. 


Terlihat wajah Clara sangat Shock dan pucat seketika. 


“ Ada apa Rena?? “ Mamah bertanya dengan ekspresi sama bingungnya dengan para tamu. 


“ Clara hanya milikku, dia kekasihku. Aku mencintai Clara” Seketika aku langsung mengatakan hal yang selama ini tak diketahui orang lain. Clara langsung menatapku tajam. 

“ Rena, kamu apa-apaan sih. Aku gak mencintaimu” Clara berkata lantang. 


Aku mengeluarkan setumpuk foto-foto mesraku bersama Clara yang sengaja aku cetak beberapa bulan yang lalu. Aku langsung melemparnya ke wajah Clara. Clara tertunduk dan berlari meninggalkan kerumunan. 


“ Clara, kamu gak bisa mengelak lagi jika kita saling mencintai” Aku meneriaki Clara yang meninggalkanku. 


Mamah langsung mengampiriku, PLAAAKKK. Sentuhan tangan lembutnya menyambar pipiku. “ Mamah” Ucapku pelan. Baru kali ini Mamah menamparku. 


“ Semua Bubar, aku membatalkan pernikahan ini. Aku gak akan menikahi wanita LESBI” Rio melepas rangkaian bunga yang menghiasi dadanya dan melemparkan ke arahku. 

“ Tunggu dulu nak, jangan percaya hal yang belum kita tahu kebenarannya” Tante Sita, mamah Clara memegang pundak Rio. 

“ Semua udah cukup Tante” Rio menyodorkan fotoku dan Clara yang sedang berciuman. 

Tante Sita hanya bisa menangis dan kemudian ambruk. Semua orang semakin riuh. 

“ Kamu benar-benar udah mengecewakan Keluarga”. Amarah Mamah memuncak. 

“ Kenapa semua orang tak menerima keberadaanku, kenapa semua orang gak ngerti perasaanku, aku juga ingin dicintai dan mencintai” Isakku tanpa malu. 

“ Kamu sudah GILA Rena. Kamu gak waras” Papah mulai bicara. 

Papah menarikku meninggalkan para tamu yang masih tercengang dan berbisik-bisik. Aku memang telah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku memang harus jujur. Gak selamanya bangkai itu tak terciup aromanya. Tapi mengapa semua orang menganggapku salah. Apa aku salah mencintai Clara?? 

Mamah menusulku...

Pesta sudah dibubarkan, kami semua kembali ke rumah masing-masing. Clara tak lagi mau bicara denganku. Dia membisu. Tante Sita dan Om Edi tak juga bergeming untuk mencairkan suasana. Aku diam dengan tatapan kosong. 

“ Mama benar-benar kecewa sama kamu Clara, Mamah pikir kalian berdua hanya sahabat murni sahabat” Tante Sita berkata tanpa menatapku. 

“Kamu sudah menghancurkan masa depan anakku, tolong jangan temui Clara lagi dalam bentuk apapun” Om Edi berkata tajam ke arahku. 


Aku hanya terdiam diambang pintu gerbang. Mereka berlalu dengan mobilnya. 

***

Sebulan telah berlalu aku dan Clara masih bermusuhan. Aku bingung harus berbuat apa?? Pernikahan Clara yang membuatku hancur telah dibatalkan. Namun semuanya tambah memburuk, Clara tak lagi mengubungiku ataupun menemui aku. Aku merasa sangat kehilangan. 

Apa yang harus aku lakukan agar semuanya kembali seperti dulu? Apa aku harus mengaku jika aku dan Clara hanya sebatas teman dan tak lebih? Tapi foto-foto itu.... Aku tak lagi bisa menutupi hubungan ini. 

Clara mengampiriku, hingga mengagetkanku. Dia tak lagi membawa senyum manisnya, dia juga tak menutup mataku untuk mengerjai aku. Dia telah berubah. 

“ Maafkan aku Ra” Ucapku.

“Sudahlah semua telah terjadi, tapi sampai kapanpun hubungan kita tak akan bisa disatukan kejenjang yang lebih serius. Hubungan kita hanya kesenangkan dan kelainan sesual kita saja. Aku harap kamu ngerti. “ Berulang Kali Clara menasehatiku. Aku tetap gak bisa untuk mengakhiri hubungan ini. 

“ Trus mau kamu apa sekarang??, Tolong jangan siksa aku dengan kebisuanmu” Aku meremas tangan Clara. Clara langsung mengelak. 

“ Jangan sentuh aku lagi” Clara berkata tajam. Aku tau, dia sudah melawan perasaannya. Dia telah sekuat hati untuk melupakanku. 

“ Aku akan pindah ke Singapura, please jangan mengikutiku. Ini salah satu cara agar kita tak lagi berhubungan. Selama kita masih bertemu, kita tak akan bisa melupakan kisah cinta terlarang kita ini” 


“Aku gak bisa....”

“ Ren, kita pasti bisa. Aku wanita dan kamu juga wanita diluar sana ada pria yang akan  menjadi jodoh kita masing-masing”  Sekuat hati Clara menyakinkanku. Dia benar-benar ingin jauh dariku. Dia tak lagi ingin berjalan di jalan tak berujung. 


“ Sampai kapapun aku gak akan membiarkan kamu menikah dengan orang lain, kita bisa ke Belanda dan menikah di sana Clara” 

“Kamu memang Gila, aku gak ingin menyakiti Mamah. Sudah jangan temui aku lagi!!!”

Clara pergi meninggalkan aku seorang diri di batas asa. Aku berusaha mencegahnya, namun semua tak lagi bisa dipaksakan lagi. Keputusan Clara sudah bulat. Dia akan meneruskan cinta ini. Dia akan menata kehidupan barunya ke arah yang wajar. Apa aku mampu mengikuti sarannya?? Sekalipun aku belum pernah jatuh cinta dengan pria. 

Aku tak mengerti mengapa aku begini. Mengapa aku tak bisa tertarik sedikitpun dengan pria. Hubunganku dengan Clara yang berawal persahabatan yang terlalu dekat berakhir sudah. Tak akan ada lagi kebahagiaan diriku. 


Tuhan mengapa aku seperti ini???



0 komentar:

Posting Komentar

 

Journey of Life Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang