Selalu saja aku tak berani menyapamu lebih
dulu. Terkadang aku berasa bodoh sendiri. Tapi keramahanmu itu yang membuatku
semakin berani. Kamu selalu tersenyum dan menyapaku lebih dulu. Malu. Rasanya
ingin cepat-cepat berlari kemudian mengintipnya. Ah mengapa saat itu aku
benar-benar takut jika rasa suka itu
berubah menjadi cinta.
Aku berusaha menutupi semua rasa di dada ini
dengan diam.
Tapi nyatanya aku tak mampu untuk bungkam
selamanya. Aku mengamatimu. Aku memahami kamu dari jauh. Rasanya kurang
membuatku lega.
Hingga akhirnya aku mulai menyapamu. Iya
seharusnya aku yang lebih dulu menyapamu. Bukan kamu.
Saat itu aku membiarkan setiap aliran listrik
itu masuk menguasai tubuhku ini. Membiarkan perasaan ini bersemanyam di relung
hati. Hingga akhirnya aku mengatakan aku
benar-benar jatuh cinta dengan gadis ini. Teman
semasa dibangku SMA.
Aku
pikir rasa takut itu hilang setelah aku benar-benar
mengIYAkan perasaan ini jika aku mencintaimu. Aku salah.
Rasa
takut itu semakin besar, ketika aku berniat untuk memilikimu.
Mungkin aku terlalu egois, setelah mencintaimu
dan juga ingin memilikimu pula. Aku mulai mendekatimu dengan melupakan segala
kenaifanku.
Kamu memang baik, lembut dan sesuai dengan apa
yang ada dibenakku. Tapi, ketakutanku selama ini terbukti. Kamu menolakku.
Sakit.
Kecewa.
Tapi aku tak berhenti begitu saja, aku terus
mendekatimu. Menjadi temanmu. Menjadi sahabatmu. Menjadi apa saja yang bisa
membuatku selalu dekat denganmu.
Bahagia
itu kembali hadir....
Beruntung, kamu mulai menyukaikupula, dan
setelah kesekian kali aku memintamu baru kali itu setelah berbulan-bulan kamu
resmi menjadi kekasihku. Kekasih
pertamaku.
Rasa takut itu bukannya pergi malah semakin
menjadi....
Aku takut kehilangan kamu setelah sekian kali
aku meminta... Aku takut kamu
meninggalkanku...
Ah mengapa
saat aku mengenalmu seakan aku bukan menjadi diriku sendiri. Mengapa aku menjadi lelaki yang selalu dihantui ketakutan yang teramat
besar.
Kamu yang selalu membuatku sedikit
merindukanmu, sedikit ingin terus bersamamu. Sedikit dan sedikit berlebihan.
Aku sangat mencintaimu hingga membuatku
terlalu ketakutan...
Jika nanti kamu menghancurkanku hingga
berkeping-keping, ijinkan aku tetap mencintaimu meski dengan kepingan itu.
Karena aku tak sanggup melupakanmu. Melupakanmu seperti mengingat-ingat orang yang
sama sekali belum kukenal.
Tolong...
Tinggallah di sini untukku...
Meski jarak, waktu, dan masa membawa kita
pergi. Aku yakin cinta itu tak akan kemana.
Biarkan aku menjadi airmatamu dan mati
dibibirmu.
Kamu, gadisku.... yang selalu kurindukan. Tunggu aku kembali.
0 komentar:
Posting Komentar