Senin, 11 Februari 2013

Baju Pengantin Impian

sumber gambar di sini 
"Terima kasih kadonya sayang, aku suka"

"Aku pengin kamu memakai gaun ini saat pernikahan kita nanti"

"Kita akan menikah?"

"Iya sayang, aku ingin kamu menjadi ibu untuk anak-anakku"

hening.....

Sore itu aku menghabiskan waktu memandangi bentangan laut yang berbinar-binar. Matahari masih bersinar cukup terik menyengat kulitku. Aku duduk memainkan butiran pasir putih yang membentang luas memenuhi pantai. Kepiting-kepiting kecil berlarian tersapu ombak. Tenang dan sepi. 


Aku sangat menyukai ketenangan pantai dan ketenangan senyumannya yang selalu menghiasi wajah itu. Sentuhannya yang lembut selalu membuatku nyaman. Keceriaannya selalu aku rindukan. Dia gadisku yang manis. Masih dan selalu hangat di dada ini.

"Paul" suara  serak-serak basah itu sering memanggilku pelan. 

"Iya, sayang" Aku memegang wajah dengan kedua tanganku. 

Air matanya mengalir di pelupuk matanya. Tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Membuatku tak tega untuk meninggalkannya. Ingin rasanya terus di sisinya, membuatnya tertawa dan mendengarkan cerita-ceritanya. 

"I will get back" 

Wajahnya yang sayu mengangguk pelan dan meninggalkanku. Aku tahu dia tak ingin membuatku terbebani dengan kesedihannya. Tangannya mengusap air matanya dan mempercepat langkahnya. 

Aku berlari dan merangkulnya. 

"Aku harap kamu akan menungguku kembali"

Air matanya semakin deras, tangannya merangkul tubuhku kuat-kuat meski dia sedikit kuwalahan dengan postur tubuhnya yang kecil. Aku sangat menyukai aroma tubuhnya saat dipeluknya. Aku sangat menyukai jari-jarinya menyentuh punggungku.

"I love you" bisikku pelan.

"I love you too" senyumnya mengembang. 

Sejak aku berlayar dan kehilangan kontak dengannya aku tetap menyimpan semua rasa cinta kasih untuknya. Aku selalu mengharapkan ada pertemuaan. Aku sangat merindukan sosoknya yang menenangkan aku. 

Masa kerjaku tak bisa ditunda-tunda yang membuat kehidupan pribadiku terabaikan. Aku kehilangan seorang gadis yang aku cintai. Aku kehilangan kebersamaan bersamanya. 

***

Aku memanfaatkan liburanku kembali ke kampung halamanku. Aku tak sabar untuk menemui gadisku. Tiga tahun sudah aku meninggalkannya. Aku menelusuri jalan yang dikelilingi lembah hijau yang masih asri sambil bersiul kegirangan. 

Aku berhenti di perkebunan strawberry yang saat itu masih berbuah. Kombinasi merah dan hijau sangat mengiurkan. Aku memarkir mobil dan mengambil seikat bunga edelweis. Dengan langkah yang cepat aku mengampiri Rihana. 

Rambutnya yang lurus panjang tersapu angin, tangannya asik memetik strawberry satu persatu. Langkahku terhenti, tanganku tiba-tiba lemas. Bunga edelweis aku biarkan jatuh ditanah yang lembab. 

"Rihana..." 

Rihana dan lelaki itu menatapku bersama-sama. Wajahnya terlihat kaget dan tak menyangka aku akan datang. Rihana berusaha melepaskan tangannya dari genggaman lelaki yang bersamanya itu. 

" Paul, kenapa kamu datang tak mengabari aku dulu" Rihana berusaha tenang. 

Aku hanya bisa diam. Mana mungkin aku bisa mengambarinya jika nomor teleponnya saja aku tak tahu. Siapa laki-laki itu. Mengapa mesra sekali menggenggam tangan yang selalu aku genggam. Pikiranku berkecambuk. Aku sangat kecewa. Tapi aku berusaha tenang. Ini bukan salah Rihana seutuhnya, akupun bersalah karena akupun sulit menghubunginya. 

"Maaf sebelumnya aku sudah mengganggu kalian" 

"Tidak, aku bisa jelaskan semuanya Paul" rasa bersalah itu menghiasi wajahnya. 

"Tidak Rihana, aku tahu kamu bahagia dengannya" 

"Tapi..." Jari telunjukku menutup bibirnya yang tipis. 

"I'am Fine" Aku melangkah meninggalkan mereka. 

Kakiku benar-benar lemas. 

Gadis yang kujaga hatinya telah bersamanya. Aku merasa sangat dikhianati dan aku benar-benar pergi. Memang dia tak seutuhnya salah telah memilihnya yang selalu ada di sisinya, sementara aku menghilang tanpa kabar. Tapi mengapa dia tak sabar sebentar saja untuk menungguku. Yah sudahlah...

***

Berulang kali aku mencoba melupakannya tetapi semakin aku melupakannya semakin aku mencintainya.  Yang bisa kulakukan hanya memperpanjang kontrakku untuk melupakan bayangnya. Meninggalkan semua yang berhubungan dengannya. 

Aku bekerja seperti orang gila. 

Aku mencoba untuk memulai kehidupan baru dan melupakan semua kejadian yang kulalui bersamanya. Aku tak ingin seperti anak-anak yang selalu egois dan tak bisa menerima kenyataan. Aku kembali ke kampung halamanku. Menemuinya dan mengabaikan semua rasa yang masih terpendam di dada. 

Tempat yang pertama aku datangi selalu kebun Strawberry di bawah bukit. Sepi. Tanahnya kering dan tak terurus. Tak ada satupun kantong tanah yang berisi tanaman. Semuanya tandus. 

Mataku mencari-cari sosoknya yang riang memelihara ribuan kantong-kantong plastik berisi benih strawberry. 

Tak ada seorangpun....

Aku kembali ke mobilku. 

"Paul...." suara yang tak asing itu memanggil namaku. 

Aku berbalik, dan mendapati gadis yang kucari duduk di atas kursi roda dengan gaun kesukaanya. Rihana gadis yang manis dan sangat feminim. Aku juga menyukai kelemah lembutannya. Aku berlari mengampirinya. Memengang tangannya erat-erat. 

"Apa yang terjadi denganmu?" Pertanyaan itu spontan aku lontarkan saat melihatnya duduk manis di atas kursi roda yang dihiasi pita warna putih. 

Rihana hanya diam. 

"Aku baik-baik aja kok" Kemudian berujar. 

Sedikit lega meski kekhawatiran itu tak bisa membohongi perasaanku. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya wajah pucat itu tidak cukup untuk membuatku lega. Aku membimbingnya mengitari padang rumput yang hijau. 

***

Aku memutuskan berhenti dari pekerjaanku dan menghabiskan waktu lebih lama bersama Rihana. Hidupku sangat berwarna. Aku sangat bahagia. 

Aku mendampinginya dengan penuh kasih yang aku miliki untuknya. Membalas rasa bersalahku yang telah meninggalkannya. 

"Sayang, aku bawain kamu coklat" Aku menyodorkan sekotak coklat ke arahnya. 

Senyumnya mengembang, tangan kecilnya susah payah meraih sekotak coklat dari tanganku. Tangannya tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu. Aku membantu membukakan kontak coklatnya dan menyuapinya. 

"Sorry, I'm a trouble you, Dear " bisiknya terbata-bata. 

"No, I'm happy to do it" Aku mencium keningnya. Batinku sesak. 

Setahun yang lalu dia kehilangan keseimbangan tubuhnya, tubuhnya terasa sulit dikendalikan. Tanpa dia sadari tubuhnya tiba-tiba terjatuh saat berjalan. Hingga terpaksa harus memakai kursi roda dan berhenti dari segala aktifitasnya. Otak kecilnya tak mampu mengendalikan gerakan motoriknya lagi. 

"Aku bosan minum obat" Air mata tak henti menetes saat butiran obat harus dia telan setiap jam. 

"Kamu pasti sembuh sayang, kamu pasti bisa" 

Tangannya yang gemetaran merusaha meraih tanganku. Matanya yang sayu selalu membuatku iba. 

***

Balon-balon, pinta warna-warni, kue tart warna putih berhiasan strawberry menghiasi ruangan kecil miliknya.  Kamar di salah satu Rumah sakit ternama disulap menjadi tempat pesta yang unik. Keluarga dan sahabat atusias merasakan ulang Tahunnya ke- 28. Topi warna hijau dan merah menghiasi masing-masing kepala. 

Senyum bahagia terus menggembang dari mulut mungilnya, Rihana sangat bahagia dengan kekonyolan yang dilakukan orang terdekatnya. Ayah dan Ibunya memeluknya. 

"Happy Birthday, cantik

Aku kemudian mendekatinya, menggenggam erat tangannya. 

"Happy Birthday, dear" Aku menyodorkan kotak berwarna merah dan aku membantu membukanya. 

Wajahnya berbinar dengan mata berkaca-kaca. 

"will you merry me, Hana" ucapku sambil menatap tajam matanya.

Semua mata tertuju pada Hana dan tak sabar menunggu jawabnya. 

"Kita tak mungkin..."

"Stttt kita pasti bisa menikah dan hidup bahagia" aku memotong perkataanya. 

"Ayolah Hana, kamu pasti bisa" Ucap Ica Sahabatnya. 

Hana menatap Ibunya, Ibunya tersenyum dan menganguk. Kemudian Hana mengangguk sambil menatapku lekat-lekat. 

Aku bernafas lega. Sebentar lagi gadis itu akan menjadi milikku seutuhnya. 

***

Matahari telah tenggelam di ufuk barat. Aku berdiri meninggalkan pantai. Aku harus menutup semua kenangan indah bersamanya. Meski sosoknya masih terasa hangat memelukku. 

" Paul, I'am sorry" Deteksi jatungnya seketika berhenti sehari sebelum dia mengenakan gaun pengantin impiannya. 

Air mataku tak sanggup kutahan. 

"Rihanaaaaaaaaaaaaaaa" 

















1 komentar:

  1. Apaaaa??????????????
    AKu dipanggil paul nih..
    hehehhe..

    Ceritanya sedih amat :(

    BalasHapus

 

Journey of Life Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang