Apa aku tak pantas untuk kamu perkenalkan di depan
teman-temanmu, teman-temanku juga lebih tepatnya. Aku di antara mereka memang
sangat tersisih. Mengapa kamu melakukan hal yang sama juga untukku. Meski kamu
sudah melakukan hal yang tak pernah kuduga sebelumnya. Kamu menyatakan jatuh
cinta padaku. Saat itu aku seperti mimpi. Ya mimpi di siang bolong. Ada seorang
pria menyukaiku. Padahal teman-teman di sekelilingku saja tak pernah
menganggapku sebagai teman. Tuhan, salahkah aku???
Aku pikir setelah kamu menyatakan suka kepadaku, dunia akan
berbeda tak seperti dulu aku yang selalu
sendiri. Ya setidaknya ada kamu yang menemaniku. Tetapi semua dugaanku salah.
Kamu masih seperti mereka yang terlalu cuek terhadapku. Seolah kamu menjadi orang lain untukku,
padahal jika tanpa mereka kamu selalu lembut kepadaku. Kamu sosok yang
menyenangkan saat tak ada mereka. Mengapa harus begitu, kasih???
Aku ingin seperti wanita lain yang selalu dibanggakan oleh
kekasihnya dihadapan orang lain. Ah...
rasanya keinginanku itu telalu muluk-muluk. Mendengar kamu menyayangiku di
hadapan teman-temanmu saja aku sudah sangat bahagia. Namun, semua itu belum
pernah terwujud. Apa kamu malu menyayangiku dan mencintaiku, ataukah kamu hanya
membuatku senang saja.
Selama ini aku merasa tersakiti. Aku merasa tersisih.
Sungguh aku selalu menangis saat kamu bersenda-gurau dengan teman-teman,
sementara aku hanya duduk memandangi jendela.
Tak pernah kamu sedikitpun melirikku ataupun menyapaku. Sungguh aku
sangat ingin kamu menyapaku seperti saat kamu menjemputku. Mengapa kamu
menyapaku saat tak ada mereka.
Bukannya aku egois tak menyukaimu dengan kebahagiaanmu
bersama teman-teman. Tetapi aku hanya
ingin kamu mengerti sedikit saja tentang perasaanku.
Sekali lagi aku tak meragukanmu, tapi dengan sikapmu yang
tak pernah berubah ini membuatku meragu.
Kamu seperti tak
mengenaliku di depan teman-teman, apa itu artinya kamu tak sungguh-sungguh.
Ataukah kamu malu. Ya aku memang terlalu buruk untuk menjadi pendampingmu. Tapi
tolong jangan lakukan ini.
Memang hampir
setiap malam kamu menelponku hingga membuatku mengantuk di kelas dan aku
ditertawakan oleh teman-teman, aku tetap bahagia. Sangat bahagia. Sebelumnya
aku tak pernah seperti itu. Berjam-jam mengobrol dengan seorang pria dengan
sangat akrab. Aku seperti menemukan kebahagiaan baru di usiaku yang beranjak
dewasa ini.
Entah, mengapa
aku masih belum cukup dengan semua kebahagiaan ini. Aku masih menangis jika
sikap kamu masih sama seperti dulu, tak mengenaliku di depan teman-teman.
Sekali lagi aku
ingin kamu menganggapku meski hanya teman di depan teman-teman yang lain dengan
kamu menyapaku saat kita bertemu. Aku tak ingin kamu memalingkan wajah entah
apa yang kamu lihat saat berpaprasan.
Andai kamu
tahu... aku sangat tersiksa dengan sikapmu yang tak pernah berubah meski kamu
sudah mengakui mencintaiku.
Andai kamu
tahu... aku sangat menyayangimu.
Andai kamu
tahu... aku ingin kita berjalan berdampingan di depan mereka.
Andai kamu
tahu... aku ingin mendekatimu saat kamu sendiri, tanpa harus mengikuti
aturanmu.
Andai kamu
tahu... semua perasaanku slama ini kepadamu dan hubungan kita.
Andai kamu
tahu... aku ingin hubungan kita ini diketahui orang lain.
NB: Hanya fiksi.....
0 komentar:
Posting Komentar