Awal dipanggil ke Jakarta rasanya bahagia banget meski banyak mendengar Jakarta ibu kota yang kejam. Sejuta cerita yang terdengar menyeramkan setiap hari menghiasi layar televisi di rumah. Kemacetannya yang membuat naik darah dan panasnya yang hampir membakar kulit tidak sama sekali membuat saya enggan untuk tinggal di Jakarta. Bahkan, berangan-angan ke pengen menjadi penghuni Jakarta juga hihihi
Lembaga Eijkman
Alhamdulillah, saya berkesempatan belajar di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang menjadi laboratorium terbesar di Asia Tenggara saat ini. Laboratorium yang mengembangkan ilmu genetika ini membuat saya jatuh cinta. Saya senang berada di laboratorium ini dan bekerja bersama peneliti-peneliti muda berprestasi. Beruntung banget bisa ada di antara mereka yang memperlakukan saya sebagai pegawai bukan mahasiwa.
Dear Sahabat Dunia Maya, pasti kangen ya sama cerita saya yang beberapa bulan terakhir ini jarang nongol di dunia perbloggeran. Bukannya sok sibuk dan kekurangan waktu tapi saya lagi melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak saya suka. Penasaran??? Sama saya juga...
Di tahun 2014 ini saya memutuskan untuk menjalani bisnis. Bisnis ala mahasiswa yang hanya memerlukan modal sedikit dan resiko kebangkrutannya kecil. Maklum saya masih menggunakan uang jajan yang disisihkan. Awalnya saya hanya iseng mengikuti bisnis ini tetapi setelah mencoba untuk dijalanin malah membuat saya yakin. Memang butuh waktu beberapa bulan untuk meyakinkan diri sendiri dan orang lain yang ada di bawah komunitas saya.
Ini cerita awal kenapa saya memutuskan untuk JOIN, klik di sini
Bagaimana menurut kalian, apakah bisnis saya ini masih disebut money game?
Alhamdulillah sebentar lagi Ramadan dan Idul Fitri, wow pasti online shop makin rame ya?. Setahun belakangan ini online shop memang berlomba-lomba memberikan pelayanan yang terbaik demi memenuhi pasar. Cewe mana si yang gak seneng belanja online. Pagi setelah bangun tidur bukannya gosok gigi malah buka instagram yang isinya online shop dengan model yang kece abis mulai dari aksesoris, kaos kaki, sepatu, wedges, sandal dan baju. Siangnya nggak pernah lupa tu buka bbm dan facebook yang hampir semuanya berlomba membuka toko online. Nah malem sambil selonjoran pegang gadget sampe insomnia. Gimana mata gak merem kalo betah melototin online shop yang menyediakan apa aja. Barang-barang lucu kesukakan cewe.
Saya jadi penasaran ne sama cewe-cewe yang doyan dan gak ada kapoknya belanja di online shop apalagi demen banget ngefollow selebinsta, selebtwit dan seleb-jadi-jadian. Ngaku aja kamu juga iya kan?
Semalem saya iseng wawancara temen-temen saya yang hobby banget belanja online buat ngejawab rasa penasaran saya. Yuk mari simak hasil obrolan dari hati ke hati....
Saat itu kamu hadir di saat aku kosong. Kosong bukan berarti
sendiri tanpa dia. Dia tetap ada di antara aku dan kamu meski tak memberi warna
di dalam hidupku. Mungkin warna-warni itu menjadi kelabu saat hubungan jarak
jauh ini semakin lama. Kehampaan ini membuatku merasa kosong.
Kamu selalu ada di saat aku menginginkan teman untuk
bercerita. Senyummu selalu menghiasi hariku kini. Kamu bahkan menyediakan
bahumu untuk membiarkan aku bersandar sejenak. Setiap ku bercerita kamu
menyimakku sambil sesekali mengomentari. Sejauh ini kamu menjadi laki-laki yang
kukagumi. Kesabaranmu menghadapi aku, perhatianmu yang membuatku simpati dan
ketulusanmu yang membuatku terlena.
Sayang, kamu bukan Dia.
Aku akan mengakhiri semuanya. Aku tak akan membiarkan hatiku
terlalu terlena denganmu. Kamu bukanlah dia yang selama ini membuatku jatuh
cinta sampai benar-benar jatuh. Aku tak mungkin membagi cinta ini untukmu juga.
Setelah
penembakkan dua hari lalu Dimas sering sekali mengirimiku pesan singat sok
perhatian dan rayu-rayuan gombalnya. Aku sangat bahagia akhirnya cinta yang
kukira akan melukaiku ternyata membuatku sangat berbunga-bunga. Dimas juga
menjemputku dan mengantarku. Mama Papa sangat senang melihat kedekatanku dengan
Dimas.
Di
kelas aku tak pernah melihat Dimas dan Niken bertegur sapa. Melirik saja mereka
enggan. Aku lega melihat keadaan ini. Niken tak lagi mengganggu kehidupanku dan
juga Dimas. Dimas mengodaiku dan memperhatikanku lebih dari biasanya. Sebagian
teman mengerti jika aku dan Dimas sepasang kekasih baru, sebagian lainnya tidak
begitu peduli karena sebelumnya aku dan Dimas memang telah dekat.
Aku
rasa Niken menjauhi Dimas karena dia mengetahui dari teman-teman kalau Dimas
telah menjadi milikku. Dia tak ingin dibilang orang ketiga. Aku tidak
memperdulikan alasan-alasan Niken menjauhi Dimas. Aku cukup-senang-melihat
mereka saling menjauhi.
Niken
selalu duduk di bangku paling depan dan jarang sekali menengok ke belakang.
Raut wajahnya masih terlihat ceria tidak ada kesedihan di sana. Tapi aku
melihat ada sesuatu yang tidak beres.
Seminggu
sudah aku berpacaran dengan Dimas tetapi Niken tak menyelamatiku sewajarnya
sahabat yang dekat dengan Dimas dan juga sebagai teman satu kelas. Dia memilih
menghindar dan menghabiskan waktu istirahat di luar kelas. Niken seperti
menutupi sesuatu yang tak akan pernah dia buka.
Aku
memilah baju-baju yang tertata rapi di lemari kayu berpoles plitur yang
mengkilap di pojok kamarku yang berukuran 4x5 meter. Kamar ini cukup bisa
menguras keringat untuk melakukan aerobik dan lari-larian kecil. Aku mengambil
pelan-pelan baju yang tersimpan ditumbukkan paling bawah yang nyaris tak pernah
tersentuh. Melebarkan dan mencoba mencocokkan dengan tubuhku yang semakin
berubah saja. Mulai tidak rata. Bajuku banyak sekali yang gak pantas aku
kenakan lagi. Aku mengerutkan kening dan memulai memilah. Hari-hari pertama di bangku
Sekolah Menengah Atas aku cukup menjadi siswi aktif dan tergabung berbagai
organisasi mulai dari OSIS, PMR, Paduan Suara dan pencak silat. Jumat sore mendatang
aku dan rombongan OSIS akan mengunjungi panti asuhan yang terletak tidak jauh
dari Sekolah untuk mengadakan perlombaan dan membantu apa saja yang dibutuhkan
anak-anak panti dan salah satunya menyumbangkan baju layak pakai dari anggota
OSIS. Aku sangat antusias dengan kegiatan jumat sore mendatang. Rasanya tak
sabar terlibat langsung dalam kegiatan OSIS yang sebelumnya pernah pernah aku
ikuti.
Langkah
kaki terdengar semakin mendekatiku, gagang pintu warna emas bergerak mengikuti
perintah. Mama nongol dibalik pintu dengan handuk masih nengkreng di kepalanya.
Raut wajahnya sumringah. Sinar matanya bercahaya.
“Mama ngagetin aja si” Aku sewot. Mama
menempelkan telunjuknya di bibirnya yang merah lembab seperti diolesi minyak
goreng. Aku mengerutkan dahi dan menyipitkan mataku.
“ Ada Dimas di depan”bisik Mama dengan wajah masih sumringah.
Spontan darahku naik kepermukaan pipi, semoga Mama nggak liat wajahku yang
mungkin memerah seperti tomat. Aku mengabaikan baju-baju berserakan di lantai
dan menyerobot keluar kamar. Mama hanya geleng kepala dan tersenyum. Matanya
mengikuti langkah kakiku yang sedikit berlari.
Awalnya saya anti dengan bisnis yang multi level marketing
biasa orang bilang MLM. Sebuah bisnis yang semakin
banyak merekrut pasti akan membuat kita semakin kaya. Semakin lemah akar
dalam jaringan pasti bisnis akan runtuh dan bisa jadi lenyap. Iya itu setahu
saya mengenai MLM.
Orang-orang lingkungan saya banyak banget yang mengikuti MLM
semacam itu seperti tuperware, sopie martin, punyanya ustad Yusuf Mansur, banyak
bangetlah dari yang barang yang dipasarkan jelas sampai yang gak jelas cuma
maen rekrut aja. Cerita sana-sini jadi
bertebaran dimana-mana karena bisnis begini pasti harus pandai merayu,
mempromosi dan mensugesti orang.
Setahun berlalu dan teman Saya St Ikhwanul biasa si saya
menyapanya Mba iik karena sifat dewasanya jadi pake embel-embel “Mba”, dia
berhasil menjadi Senior Manager di ORIFLAME. Menjadi Senior Manager dengan bulanan 4-6 juta dan cash award 7 juta tetep
didapat dengan susah payah. Saya merasakan itu sekarang.
Aku
memandangi diriku dibalik kaca. Tubuh memalku terlihat anggun mengenakan dress
merah marun dengan ikat pinggang kecil melingkari pinggulku. Bahu dan pinggul
terlihat langsing mengenakan dress pilihan Doni.
Aku
mengoleskan bush on peach ke kedua pipiku, menebali bibirku dengan lispstik
merah terang. Sempurna.
Doni
menjemputku dengan mobil picantonya yang belum lama dia beli. Jantungku
berdebar cukup cepat membuatku susah mengatur nafas. Ini pertama kalinya Doni
mengajakku makan malam bersama teman-temannya. Tanggannya terus menggandeng
tanganku seperti ibu menggandeng anaknya saat bepergian di pasar.
Aku
saling bertegur sapa dengan teman-teman sekolah s2-nya. Ini malam perpisahan
setelah beberapa bulan kemarin mereka di wisuda. Garis wajahnya terlihat jelas
dan senyum dibibirnya semakin lebar. Aku senang melihatnya.
Setelah
cukup lama mengobrol dan menghabiskan banyak snack, tiba-tiba datang gadis
bertubuh langsing, matanya bulat menyala, bibirnya tipis dan rambutnya
dibiarkan panjang terurai. Aku mencermati detail tubuhnya. Sepertinya aku
pernah mengenali perempuan itu, tapi siapa dan dimana.
Dia
menyalamiku dan menyebutkan namaku pelan. “Dela
ya, salam kenal” Ucapnya. Aku berusaha tersenyum dan memamerkan wajah
ramahku.
Nggak
salah lagi, perempuan ini yang menggoda kekasihku. Dia yang suka mencuri-curi kesempatan
dan bersembunyi dibalik tubuhnya. Dia perempuan yang membuat Doni tertawa-tawa
tanpa beban di salah satu tempat makananala jepang. Perempuan itu teman kuliah S2-nya.
Aku
memukulkan sendok dan garpu cukup keras saat mencoba mengambil stick panas dari
wadahnya. Rasanya pengin aku lempar ke wajahnya yang oriental dengan kawat gigi
menghiasai giginya. Eneg.
“Pelan-pelan sayang” Bisik Doni tepat di
telingaku. Perempuan ini menyulap situasi menjadi asing untukku dan membuat aku
pengin cepat-cepat pergi dari tempat panas ini. Doni sangat nggak peka dengan
suhu tubuhku yang mulai mendidih, dia tetap mengobrol dengan perempuan itu dan
salah satu laki-laki bertubuh gempal dan berkumis tipis seperti anjing laut.
Lanjutan dari kisah sebelumnya, yang belum tau
klik di sini
Gerimis
pagi ini membuatku malas beranjak dari kasur. Aku mengambil libur bulananku
tepat hari minggu. Hari yang cukup melelahkan seharusnya, bekerja di saat semua
orang menikmati liburannya. Aku menguap dan menarik selimutku kembali.
Mengeliat dan membiarkan tubuhku bermalas-malasan di kasur yang lama aku
acuhkan.
Kring...kring...kring...
Aku
mencari ponsel yang entah kutaroh dimana. “aduh
siapa si ganggu aja” omelku.
Aku
meraih ponsel tepat di bawah bantal. Tanpa melihat penelponnya, “iya, ada apa?”
“aku, di parkiran ne turun dong” Ucap suara yang tak asing
lagi untukku terakhir ini.
Aku
langsung loncat dan membenahi kasurku. Aku tinggal di aparteman yang safety
cukup baik. Hanya orang yang mememiliki member card yang bisa naik ke lantai
aparteman menggunakan lift, dan aku salah satu penghuni lantai 12 di aparteman
minimalis di pusat kota padat penduduk ini.
Masih
menggunakan baju tidur motif bunga berwarna pink dan rambut yang disisir hanya menggunakan
jari, aku menelusuri koridor dan turun menemui Roni. Kurasa Doni tak akan
datang karena semalam dia berpamitan liburan akhir pekan bersama rekan
kantornya.
“Selamat Pagi Beo Jelek” Roni menyodorkan buket bunga
mawar merah dengan tampang konyolnya. Mataku melotot dan nggak bisa
berkata-kata.
“Nggak suka ya?” Aku mendapati wajahnya yang
kecewa.
“aku suka banget, baby” Aku meraih buket mawar dan
berlari menuju Lift dan Roni mengejarku.
@@@@
Pelanggan
di butik hari ini nggak seramai biasanya. Aku mulai menggoreskan pensilku ke
kertas putih sambil memadupandakan warna. Dalam memadukan warna terkadang
sangat membuatku kesulitan. Aku menghela nafas dan mulai menggoreskan pencilku
lagi dan nanti aku serahkan kepada ahlinya memadu warna siapa lagi kalau bukan
si Sinta.
Sinta
mendekatiku. Matanya sembab dan kerutan di wajahnya sedikit terlihat. Dia
merangkulku dan terisak. Aku kebingungan.
Aku
menunggunya bicara dan membiarkan Sinta menangis di bahuku.
“Del, suami gue selingkuh”
Aku
diam. Seperti ada sengatan listrik yang menyambarku.
“Lo, yakin?”
Sinta
mengangguk dan air matanya kembali merembes semakin banyak.
“Kemarin malam ada perempuan dateng
ke rumah gue, untung laki gue lagi nggak ada. Asal lo tau aja, Perempuan itu
udah hamil dan ngakunya itu anak laki gue Del. Sumpah ya gue kayak mimpi buruk”
Tiba-tiba
aja aku nggak bisa komentar apapun untuk Sinta. Aku memeluknya erat.
“Sabar say, lo jangan gegabah
selidikin dulu aja”.
Ya
Tuhan, aku sangat benci perselingkuhan. Selama ini aku diam dan mengubur
dalam-dalam ingatanku tentang perselingkuhan Doni dengan rekan kantornya. Entah
sudah berakhir atau masih berlanjut aku tak pernah mengambil pusing. Dan kali
ini aku mencoba melakukan perselingkuhan dengan cowo asing yang aku temui di
cafe favoritku. Ini benar-benar hal gila.
Aku menutupi lukaku dan membuat luka
untuknya.
Aku terlalu mudah menebak cinta. Cinta itu saling mengenal, jatuh cinta, perih
dan kembali asing. Bagiku cinta sangat mudah ditebak.
“Aku titip gaun pengantin ini ya,
nanti mau diambil nona Syla” Ucapku
sambil merapikan Gaun pengantin warna putih dengan kombinasi renda dan bunga pink menyebar
di seluruh sisi gaun. Bibirku tak henti tersenyum memandangi gaun pengantin
dominasi pink warna kesukaanku. Gerak tanganku semakin lincah saat memeriksa
centi demi centi jahitan yang menyatukan bunga kecil berwarna pink dengan gaun
berenda pink perak. Jam kerja belum seutuhnya habis tapi aku harus segera
keluar dari butik baju pengantin tempatku bekerja. Miss Rena selalu mengijinkan
karyawannya keluar sesukanya, mungkin dia udah cukup kaya sehingga tak memperdulikan
karyawannya yang bandel sepertiku. Beruntungnya bekerjasama dengan Miss Rena.
“Semoga berjalan lancar ya, Beb” Teriak Miss Rena sambil
memandangiku berjalan menjauhi butik. Sinta mengajungkan kedua jempolnya dan
mengerling genit. Rupanya teman-temanku sangat memperhatikan aku dan
mengucapkan selamat karena hari ini Anniversary-ku yang ke -7 dengan Dony.
Berpacaran yang sangat lama. Aku sangat semangat untuk bertemu Dony semoga
Anniversary kali ini dia melamarku. Aku menarik nafas panjang dan memanjatkan
doa. Senyumku melebar dan langkah kakiku terasa ringan.
Kakiku
perih menahan heels yang seharian aku kenakan. Aku mondar-mandir dan tak henti
memandangi jam yang melinggar di tangan kiriku. 19.30 seharusnya bertemu jam
19.00. “Mungkin Dony kena macet” batinku
menghibur. Aku duduk kembali dan menyeruput mocacinno yang kupesan.
Kerongkonganku terasa hangat. Mataku melirik sudut cafe dimana ada seorang
cowok duduk dengan laptopnya dan dua cangkir coffe. Mejanya cukup berantakan
untuk kulihat. Mungkin dia sudah lebih lama menunggu dibanding aku. Aku mulai
bersabar.
“Maaf sayang, aku telat” Dony mencium pipiku dan
mataku masih tertuju ke cowok berambut pelontos
dengan kemeja ungu muda. Aku memukul pundaknya manja. “Kenapa si kamu nggak pernah ingat hari spesial
kita?” Bibirku semakin manyun.
Dony
membelai rambutku kemudian tangannya menyetuh hidungku. “Aku ingat, sayang”. Akhirnya aku memaksakan untuk tersenyum.
Pramuniaga mendatangi meja kami untuk mengantar coklat hangat dan cup cake lucu
yang sudah kupesan.
“Happy Anniversary” Dony menarik tanganku lembut.
Aku membalasnya dan tersenyum manja. Setiap hari aku sibuk dengan pekerjaanku
di butik baju pengantin dan baby shop online-ku sementara Dony sibuk dengan
bisnisnya di bidang property dan kuliah S2-nya. Sikap Dony sangat manis tetapi
membosankan. Dia sama sekali tak tertarik membahas tentang pernikahan sementara
aku sangat menginginkan pernikahan. Aku sangat antusias membicarakan gaun
pernikahan, pesta, siapa yang diundang
dan pakaian bayi.
“Gimana kerjanya hari ini” Dony membuyarkan lamunanku.
Aku menatap matanya lekat.
“Mengasikkan, di tempat kerjaku ini
aku bisa ngejalanin online shop-ku lho Miss Rena baik banget. Aku nggak mau
ngecewain beliau.” Aku
berusaha ceria meski ini bukan topik pembicaraan yang aku harapkan.
“Syukurlah” Doni mengelah nafas dan tersenyum
manis.
“Apa kita nggak membicarakan sesuatu
yang penting” Aku
memancing topik yang aku nantikan. Dony mencomot cup cake dan menggigitnya. “Rasanya belum berubah ya” Dia terus
mengalihkan pembicaraan. Aku sangat kecewa. Aku menahan diri untuk tidak teriak
dengan meremas tanganku sendiri.
“apa
kamu udah gak cinta aku lagi?” Batinku. Sungguh
konyol kalau aku menanyakan hal ini. Aku udah cukup lama bersamanya dan
7 tahun bertahan bukan karena cinta lalu karena apa???
Rasanya
aku pengin melempar cup cake ke wajahnya. Gemas.
Semoga kita semua semakin sukses dengan target-target yang kita inginkan, tetap semangat dan jangan gampang menyerah.
Telat gak si baru cerita sekarang, akhir tahun kemarin saya dan juga keluarga berwisata ria ke pulau Dewata. Kebetulan keluarga sedang liburan, adek juga libur sekolah jadi sekeluarga wisata ke Bali dan bermacet-macet galau di jalan. Maklum gak naik pesawat biar menikmati perjalanan Jogja -Jawa Timur - Bali.
Ini kedua kalinya saya ke Bali dan keluarga baru pertama kalinya jadi mereka merasakan perjalanan yang sangat lama dan hati penasaran hehehehe.