Semalam aku memang payah, sangat
payah. Aku tak mampu mengontrol kata yang keluar dari mulutku. Kebiasaan buruk
itu selalu sulit aku kubur. Aku selalu saja ngomong tak dipikir dulu baik dan
buruknya. Aku tau itu sangat sangat tak baik untuk diriku juga orang lain. Aku menyakitinya karena ucapanku. Suhu
badanku yang semakin naik, hidung tak lagi mampu bernafas membuatku sangat
payah malam itu. Aku tak lagi mampu membuka mataku berlamaan. Sakit sekujur
tubuhku. Seakan aku tak punya daya lagi untuk bangkit. Aku ambruk. Di sisi lain
dia mengacuhkan aku, karena sesalahanku. Sekeras aku minta maaf tak membuatnya
bergeming untuk peduli aku. Terserah kata yang dia luncurkan untukku.
Aku
sangat menyadari betapa bodohnya aku, begonya aku, tololnya aku yang membuat
suasana ceria menjadi hampar serasa bernafas tanpa udara. Pengap.
Aku telah menorehkan hal yang paling
tak mungkin dia lupakan di tanggal jadianku dan dia. Aku tak tahu harus berbuat
apa lagi untuk menghapus kesalahanku. Dia tak lagi peduli denganku. Tak lagi
mendengarkan kataku lagi. Benar-benar payah segala rasa yang kurasa malam itu.
Kesakitan hati dan tubuhku padu jadi satu. Aku lemas tak berdaya, hingga
akhirnya aku tergolek lemah meninggalkan dunia untuk sementara.
Saat ku kembali terjaga dari tidur
tanpa mimpiku ini, aku masih sangat lemas. Suhu badanku tak menurun. Hidungku
kesulitan untuk menghirup udara. Sungguh aku tak berdaya untuk bangkit. Untuk
melangkah lagi aku terjatuh. Mengapa aku begini Tuhan??? Mengapa aku sangat
rapuh??
Dia masih tak memperdulikan aku. Aku
tahu aku sangat menyakitinya. Aku mengerti jika dia marah denganku. Aku bisa
paham.
Maafkan aku yang terlalu bodoh dalam
berkata, terlalu kekanakan dalam menyikapi hidup. Aku memang tak pandai madukan
mulut dan otakku.
Malam itu, Pagi ini biarlah menjadi
cerita pedih untukku. Luka itu kembali terbuka karena kesalahan bodohku.
0 komentar:
Posting Komentar