Kamis, 17 November 2011

Cerpen [Mama, Aku Bukan Gadis Yang Sempurna]


“ Ini anakku, namanya Tina” Mama mengenalkan aku kepada  teman lamanya. Tante Sita cantik dan terlihat muda, tapi gak ada yang melebih Cantik mamaku. Aku kembali duduk di samping Mama sambil memegangi Dress merah marun yang dikenakan Mama. Tante Sita memandangiku dengan kening berkerut. 



“ Jeng, pasti kamu melihat ada yang lain dengan anak gadisku ini, tidak masalah. Aku tak terlalu mengambil hati apa komentar seseorang mengenai anak Gadisku ini” Mama selalu peka dengan tatapan yang ditujukan ke arahku. 

Tante Sita tersenyum manis ke arahku dan menatap Mama iba. 

Aku memang  susah sekali menangkap komunikasih dari seseorang kecuali Mama. Membuatku memilih untuk diam.

Aku mampu mendengar dengan baik, akupun dapat melihat dengan jelas tetapi aku tak dapat berbicara dengan jelas. Aku tak memiliki pertubuhan seperti mereka anak seusiaku. 

Aku anak pertama dari Mama, tetapi Mama memperlakukan aku seperti anak bontot. Mama selalu mengajakku pergi, selalu mengantarkan aku sekolah dan menemaniku bermain kala di rumah. 

Terkadang aku jerah dan malu dengan sikap Mama yang selalu memanjakanku. 

Sikap Mama yang selalu lebih memperhatikan aku membuat kedua saudaraku Rio dan Angel suka mengerjai aku saat Papa dan Mama pergi. 

Terlebih jika teman-teman Rio dan Angel maen ke rumah, aku sering sekali menjadi bahan tertawaan mereka. Disuruh-suruh sesuka mereka. Mereka sama sekali tak menghargai aku. Padahal aku pemilik rumah. Kakak dari Rio dan Angel adikku yang memang terlahir mejadi anak yang normal.

Aku hanya bisa menangis dan mengurung diri di kamar . Mbok Ijah yang selalu menemaniku.
 
Setelah Mama dan Tante Sita selesai berbincang Mama mengajakku jalan-jalan. Mama membelikan aku alat lukis yang baru. Mama sangat mendukung kesukaanku itu. Aku hanya bisa melukis. Tak ada kemampuan lain yang kumiliki. Oleh sebab itu Mama selalu mengembangkan bakatku dalam hal lukis. 

Sesekali Mama mengajakku bergabung dengan anak-anak sesuai aku yang memiliki keterbatasaan sepertiku. 

Membuatku merasa tak sendiri. masih banyak orang yang memiliki keterbatasaan sepertiku.  Bahkan membuatku bersyukur karena aku memiliki Mama yang mau menerimaku.

Semenjak aku menyelesaikan pendidikanku di Sekolah Luar Biasa, aku jarang sekali bergabung dengan teman-temanku. Aku lebih sering menghabiskan waktu di rumah bersama Mbok ijah. 
 Dan melukis hingga terkadang lukisanku di minta orang karena kata mereka lukisanku bagus. 


Siang ini Mama dan Papa keluar kota, Aku di rumah bersama kedua adikku Rio dan Angel. Aku tahu kalo Rio dan Angel sangat menyayangiku walaupun terkadang mereka suka menjaili aku. 

Aku suka sekali duduk di halaman dengan kanvas dan cat airku, aku suka sekali melukis dengan imajinasi yang ada di otakku. Tarkadang aku suka lupa waktu jika sudah duduk di depan kanvas. Itulah sebabnya Rio adikku yang sudah menjadi mahasiswa suka uring-uringan. 

“ Kakak-nya Rio ya?” Tanya salah satu teman Rio saat mengunjungi rumah kami. Aku hanya diam dan asik dengan lukisanku. “ Lukisan kamu bagus” Ucapnya lagi. 

“ Kak Tina suka lukis ya, Dio boleh kan liat hasil lukisan Kak Tina” 

Aku menarik Tangan Dio dan kuajak ke kamarku.  Dio melotot tak percaya. 

“ Wah kalo dibuat pameran pasti keren tuch” 

“ Pameran itu apa? “ Ucapku polos

Dengan sabar Dio memberi tahu aku, apa itu pameran. Apa itu pelukis terkenal. Bla bla...

Baru kali ini ada teman Rio yang memujiku, mau menemaniku mengobrol. Biasanya orang-orang melihatku aneh dan menganggapku idiot. 

Yang membuatku tak habis pikir terkadang orang-orang menganggapku Budek dan bisu. 

Memang aku susah sekali peduli dengan lingkunganku. 

Ingin rasanya aku berbicara, ingin rasanya aku membalas pertanyaan mereka, tapi itu sangat susah.
 Lidahku seperti dililit  hingga membuatku susah berucap. 

Apa yang aku ucapkan selalu menjadi bahan tertawaan oleh orang-orang disekitarku. Membuatku merasa jika aku memang abnormal.

Aku sangat buruk di mata mereka.

Sebelum aku bersekolah di SLB, aku masuk sekolah biasa yang ada di dekat rumahku. Betapa aku sangat tersiksa di sana. Cemooh dan keusilan teman-temanku selalu aku terima setiap hari. 

“ Hei Tina Anak idiot” Ledek Ujang.

“ Dasar udah tua masih sekolah eSDe” 

            Kerap kali mukaku dicoret-coret dengan lipstik yang mereka curi dari kantong make Up Mamanya, Aku hanya bisa diam tanpa perlawanan. 

            Mereka sangat suka menjaili aku, memaki-maki aku dan menertawai aku. 

            Menurut Mama aku salah satu anak yang membutuhkan kebutuhan khusus.

Setelah melihat hasil lukisanku Dio pamit pulang. Membuatku mengamuk hebat. Aku menyukai lelaki itu. Dia telah menjadi teman baruku, kenapa dia meninggalkan aku sendiri.

  Aku menarik kemeja Dio hingga lengannya robek. Rio sangat marah besar kepadaku. Dia mengurungku di kamar dan tak boleh keluar kamar sebelum Mama dan Papa pulang. Aku seperti dipenjara. 

Aku melolong sekuat tenagaku, Angel memaki-maki aku dan menyumpal mulutku dengan kain. Airmataku terus merembes melalui celah-celah mataku. Aku merasa dibedakan...

Jika aku ngamuk semua barang kulempar kecuali lukisanku. Itu sebabnya yang membuat Rio dan Angel kalang kabut dan mengurungku. 

Semua orang tak ada yang bisa menenangkan aku kecuali Mama. Rio dan Angel sangat geram menghadapi sikapku dan membiarkan aku mendekam dalam kamar yang gelap. Aku semakin melolong kuat-kuat. Aku takut sekali gelap. 

Aku selalu membayangkan ada makluk hitam yang akan mencekikku. Aku terus berteriak.


Saat Mama pulang aku memeluk mama erat, aku takut ditinggalkan mama lagi. Aku takut Rio dan Angel menyiksaku lagi. Mengurungku dalam kamar gelap yang menjijikan. Membiarkan aku ketakutan dengan makluk hitam yang akan mencekikku. 

Mama memarahi Rio dan Angel karena telah membuatku ketakutan dan selalu memegangi Mama tanpa mau dilepas. Aku memang sangat ketakutan. Aku tak mau jauh dari Mama.

“ Rio, kenapa kamu gak bisa Jaga kak Tina? “

“ Maafkan Rio, ma. Kemarin kak Tina ngamuk dan aku kunci dalam kamarnya tanpa lampu” 

“ Mama Kecewa sama kamu Rio, juga kamu Angel “, Mama menatap Rio dan Angel bergantian dan membawaku ke kamar. 

Sejak kejadian itu aku merasa Rio dan Angel membenciku, selalu memandang aku sinis. 

Beberapa hari berlalu Dio teman Rio tak kunjung ke rumah lagi. Aku merasa kesepian. Tak ada lagi yang memuji lukisanku.
Aku seperti kehilangan sosok sahabat.
Aku sering menghabiskan waktu di kamar memandangi satu persatu lukisanku. Lukisan-lukisan itu menatap kosong ke arahku.
Aku membersihkan lukisanku dari percikan di debu dari celah jendela. 

“ Hai kak Tina, apa kabar?” Hatiku riang sekali saat Dio mengampiriku dengan sebatang coklat di tangannya. Aku langsung memeluk Dio. 

Pertemananku bersama Dio terjalin baik. Sesekali Dio mengajakku pergi ke Pameran lukisan. Aku kagum dengannya karena dia tak malu jalan dengan gadis seperti aku. 

Aku seperti gadis normal lainnya yang merasakan jatuh cinta.
Ya aku mencintai Dio teman adikku Rio. 

Siang itu aku mendekati Rio yang asik mencuci mobilnya.
“ Kalo Kak Tina menikah Rio yang jadi sopirnya ya, nganterin kak Tina keliling komplek”
Spontan Rio tertawa terbahak-bahak, membuatku jengkel.
“ Memangnya Kak Tina mau menikah sama siapa?” Tawa Rio mulai meredah.
“ nanti kalo Kak Tina besar mau menikah sama Dio yang ganteng itu”
Tawa Rio semakin menggelegar sembrani memegangi perutnya kencang-kencang. 

Apa ada yang salah dengan ucapanku. Apa aku salah jika aku pengin menikah. 

“ kakak... mendingan kak Tina ngurusi lukisan kak Tina aja  dech dari pada ngurusin Suami. Bisa heboh nanti...” 

Semenjak aku merasakan jatuh cinta, aku meninggalkan pakaian kodokku. Aku belajar berpakaian rapi seperti Angel. Menggunakan Dress Mama. Meskipun Mama sering kali mengomel karena Dress kesayangannya harus ditumpahi cat air. Aku tak jerah.

Saat itu aku mendengar Dio akan maen ke rumah, aku berusaha ingin tampil cantik di depannya. Aku memakai Dress warna putih dan mengucir dua rambutku. Aku  memoleskan listik merah ke bibirku juga ke kedua pipiku. 

Mama mengerutkan kening saat melihat aksiku di depan meja riasnya. 

Lisptik mama Patah dan bedak bertaburan dimana-mana. Membuat Dress putih mama kotor. Mama tak pernah memarahiku ataupun memukulku, tidak seperti Papa, Rio dan Angel yang selalu memukul kepalaku karena aku tak paham dengan apa yang mereka ucapkan. 

Aku hanya bisa menangis.

Aku berlari mengampiri Dio dan Rio di halaman. Spontan Rio menertawakan aku dengan dandanku yang seperti badut Ancol. Dio dan Wanita di sampingnya pun tertawa serupa.

“ Kak Tina, kenalin ini marta pacar Dio” 

Marta menyodorkan tangannya ke Arahku. Aku langsung melempar wajahnya dengan Boneka yang kupeluk. 

Kujambang rambutnya hingga dia mengerang kesakitan.
Aku sangat marah dengan marta. Dia telah merebut Dio sahabatku. Membuat Dio tak lagi mengunjungiku. Aku benar-benar marah dengan wanita itu.

“ Stop, kak Tina”. Rio memegang tubuhku dan menyeretku masuk kamar. 

“ Maafkan kak Tina ya”
Marta merapikan rambutnya dan mengumpat “ Dasar ediot”

“ Maaaamaaaaaaaaaaaaa...maaaaaamaaaaaaaaaaa”

Aku memberontak,,, saat aku dimasukkan dalam kamar dan membiarkan Wanita itu berdua dengan Dio di halaman. 

Mama selalu menenangkan  aku. Mengapa aku tak boleh jatuh cinta Mama? 

Apa aku bukan gadis sempurna yang pantas dicintai pria....

Mama, , ,

Aku ingin menjadi wanita yang normal, memiliki dunia dan kehidupan yang normal.
Aku tak ingin seperti ini selalu dicemooh orang, dipandang sebelah mata oleh setiap orang yang menatapku. Aku seperti tak dianggap di dunia ini. Aku tersisihkan.

Entahlah.

Aku harus menjalani apa yang Tuhan beri untukku. Aku berusaha menerimanya seperti Mama menerimaku.


2 komentar:

  1. ^^ udh bagus kok ki.. tp kadang konsistensi 'aku'nya hilang. kalau mau buat cerita dari sudut pandang pertama, ungkapin yang dirasa 'aku' aja. dan jangan lupa 'aku' itu pemahamannya terbatas dan pengetahuannya sedikit. jadi mungkin dia nggak akan mengerti kenapa orang memandang dia beda, atau apa itu 'pacar'. dia mungkin hanya ngerasa ga suka dipandang begitu, atau merasa sejak punya pacar dio nggak pernah nemenin dia lagi. ^^ cmiiw yaaa

    BalasHapus
  2. :-) makasih ya...
    aku seneng cerpenku dikomentari...jdi semangat buat nulis cerpen dan memperbaiki titik-titik yang kurang tepat.
    Aku terlalu lebay jadi keluar dari tokoh aku hehehe...insah Allah aku perbaiki.
    Km emang cocok dech jadi juri perlombaan cerpen *-'

    BalasHapus

 

Journey of Life Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang