Aku
hanya mampu mengurung diri di sudut kamar dengan tangan yang selalu
mencambak-cambak rambut panjangku yang ikal. Aku selalu menyakiti diriku
sendiri. Sejak perceraian itu menimpaku, aku tak mampu berdiri pada pijakanku.
Aku kehilangan keseimbangan dalam roda kehidupanku. Aku seakan tertampar hebat
saat kedua buah hatiku harus dibawa oleh mas Surya. Ya, itu sangat membuatku
hancur dua kali. Sangat.
“
Mas, tolong jangan bawa anak-anak, biarkan mereka tetap di rumah ini” Isakku
saat Mas Surya mengampiriku. Aku memeluk erat boneka kesayangan Rasya di atas
ranjang kami berdua dulu. Ranjang yang mulanya menjadi tempat pertemuan kami,
menghapus rindu dan penenang hati. Kini terasa asing untuk Mas Surya. Sudah
beberapa bulan ia meninggalkanku. Membiarkan aku tidur bertiga dengan kedua
anak-anakku. Kini...hanya aku sendiri. Semua telah terampas dari hidupku. Aku
pupus harapan. Tak ada lagi yang dapat kuharapkan dalam hidupku. Tak ada lagi
rengek manja mereka. Tak ada lagi tawa mereka. Aku benar-benar sendiri.
“
Mereka lebih pantas ikut aku, mereka akan mendapatkan pendidikan yang layak”
Ucap Mas Surya tanpa menatapku. Tak terasa tulang pipiku basah.
“
Tolong mengerti aku mas, mereka anak-anakku. Aku yang melahirkan mereka, tolong
jangan ambil mereka dariku”. Aku bangkit dan memegang tangannya yang mengapal.
Mas
Surya menatapku iba. “ Kamu bisa setiap waktu yang kamu mau untuk menjenguk
anak-anak”.
Aku
hanya terdiam. Mas Surya memang orang yang sangat keras kepala. Keinginannya
tak dapat dicegah. Aku pasrah.
Kini
aku hanya bisa meratapi segala keruetan dalam hidupku. Isak tangisku tak
terbendung lagi.
Bayangan
anak-anakku meninggalkanku dengan linang airmata yang masih terngiang di otakku. “
mamaaaa...maaaamaamaama”
Aku
kembali meremas boneka kecil kesayangan Rasya. Isak tangisku semakin menjadi.
Berusaha kumenguatkan pelik hidupku namun sia-sia. Aku tak memiliki daya untuk
bangkit kembali. Aku butuh waktu untuk sendiri mengembalikan kehidupanku yang
normal. Kurasa sampai kapanpun aku tak akan kembali kekehidupan normalku
sebelum Rangga dan Rasya kembali di rumah ini bersamaku.
“
Ken, kamu pasti bisa menjalani hidup ini tanpa anak-anakmu sementara, kamu
harus berjuang lagi demi hak asuh anak-anakmu. Kamu harus bangkit “ Tanti
sahabatku selalu menasehatiku. Aku kembali berpikir. Apa gunaku berdiam diri
disudut kamar tanpa tindakan. Toh, anak-anakku tak mungkin kembali kepelukkanku.
Aku tersenyum menatap Tanti. “ Kurasa kamu benar, Ti, aku akan membawa
kepengadilan atas hak asuh anak-anakku”.
Pagi
ini aku kembali menjalankan aktifitasku menjadi sekertaris diperusahaan swasta
setelah kurang lebih seminggu aku
mendekam di kamarku tanpa daya. Aku disambut rekan kerjaku, mereka mensuportku.
Ternyata kabar perceraianku dengan mas Surya telah menyebar keseluruh kantor.
Sebenarnya
masa sulit yang kuhadapi ketika aku harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari
rekan kerjaku atau masyarakat yang saling menggunjingku. Itulah sebabnya aku
tak siap untuk kembali kekehidupanku. Aku lebih memilih mendekam dalam kamar
dan menangisi kehancuran keluarga kecilku. Suamiku menceraikan aku.
Aku
duduk menyelesaikan tugas kantorku yang menumpuk. Sedikit membantuku melupakan masalah
pribadiku yang pelik. Aku mulai berkonsentrasi ke dalam pekerjaanku.
“
Bu, maaf bukannya saya lancang atau ingin ikut campur, sebaiknya ibu segera
mengurus hak asuh anak-anak ibu ke pengadilan”, Ucap Martin ketika mengantarkan
secangkir kopi untukku. Martin memang salah satu sahabatku di kantor.
“
Tak usah sok formal gitu dech, iya aku pasti akan mengurusnya cepat, dukung aku
ya”, aku kembali ceria meski banyak sekali beban yang membebani pundakku.
“
Iya, tapi tak enak jika didengar rekan kerja yang lain. Kita harus profesional”
Ucap Martin serius. Aku hanya tersenyum kembali sibuk dengan layar komputer
dihadapanku.
Setelah
jam makan siang, aku ingin kepada Bosku untuk menyelesaikan masalahku dengan
Mas Surya. Memang perceraianku sudah clear sejak 1 bulan lalu, namun aku
mempermasalahkan anak-anakku yang sebenarnya jatuh ke tanganku.
Aku
membanting sentir mengarah ke kompleks perumahan mantan mertuaku tinggal. Aku
sangat yakin Mas Surya dan anak-anak masih tinggal bersama Beliau. Aku tak
sabar ingin bertemu anak-anak. Aku sangat rindu dengan canda tawa mereka. Aku
menambah kecepatan laju mobil yaris berwarna silver yang kutumpangi.
Rupanya
Mama Rihana sedang di halaman memotong rumput taman sambil bernyanyi pelan. “
Mama, apa kabar?” Aku memang sangat akrab dengan mama Rihana. Mama memelukku
erat.
“ Baik sayang, kamu apa kabar? Mama gak mau lihat anak mama sedih, ayo
masuk” Mama memegang bahuku dan mengajak masuk ke ruang tamu. Kehangatan mantu
dan menantu sangat nyata adanya membuatku menyayangkan mengapa aku bercerai
dengan Mas Surya.
“
Sudah lama kamu tak kesini, mama kangen kamu Niken, kangen masakanmu yang enak
juga”. Mama mulai mengajakku ngobrol. Aku menyembunyikan kesedihanku. “ iya
Maa, dari kemarin banyak meeting di kantor. Kapan-kapan boleh juga Niken
masakin ma, oia ma Mas Surya dan anak-anak mana??” Pertanyaanku rupanya membuat
Mama mengerutkan dahi. “ dua minggu lalu
mama bertengkar dengan surya dan mama menyuruhnya pergi, maaf mama belum
cerita. Dia sudah menikah lagi dan mama tak setuju dengan keputusannya itu” .
Aku benar-benar seperti disambar petir. Tenyata memang pihak ketiga yang
menghancurkan rumahtanggaku dengan mas Surya. Keinginanku untuk merebut
anak-anak semakin kuat dihatiku. “ Mama
punya alamat rumah Mas Surya yang baru, Niken kangen sama anak-anak” Kini aku
tak mampu lagi menyembunyikan kegelisahanku. Mama menyodorkan kertas kearahku.
Tanpa membuang waktu aku pamit dan langsung menuju ke alamat rumah baru Mas
Surya.
Semakin penasaran siapakah yang telah mencerai beraikan rumahtanggaku
dengan mas Surya. Beraninya perempuan itu dengan cepat telah dinikahi mas Surya
tanpa memperdulikan aku.
Aku
nyaris pingsan saat yang membukaan pintu bergaya Itali itu sahabatku ketika
SMA, sahabatku banget yang tau kisah cintaku bersama Mas Surya jaman SMA dulu.
Dengan balutan dress panjang dan perut membuncit cukup besar. Aku tak mungkin
salah ketuk pintu. Apakah Diana sahabatku yang menjadi istri mas Surya
sekarang??
“mamaaa...mamaaa...”
Rangga dan Rasya berlari mengampiriku. Aku memeluknya erat. “ Mama kangen Rangga
sama Rasya” Air mataku tak terbendung. “ Mama, Rasya pengin ikut mama pulang.
Mama gak mau tinggal sama Papa” Ucap Rasya polos. “Iya sayang nanti Mama bawa
kalian pulang”. Aku memeluk anak-anakku kembali. “ Rasya Rangga Kedalem dulu ya
Mama mau ngomong sama Mama Niken” Ucap Diana Pelan. Hati seperti disayat-sayat,
mas Surya dengan cepatnya tela memberikan mama baru untuk Anak-anakku. Anak-anakku
memang masih kecil dan polos selagi orang itu baik kepadanya pasti anak-anak
akan gampang sekali menurut. Aku tak memiliki kata-kata lagi untuk
menggambarkan kesedihan ini. Sahabatku tega merebut suamiku. Merebut
kebahagianku yang belum lama terukir.
“
Maafkan aku Ken... Aku dan mas Surya telah menghianati kamu. Aku telah
mengandung anak ini sebelum kami menikah. Ini kesalahan kami” Diana mengelus
perut buncitnya. Aku hanya diam dengan
airmata yang bercucuran. Aku telah habis kata. Aku tak sanggup berkata lagi. Ternyata mas Surya berselingkuh
dengan wanita lain terlebih itu sahabatku. Mas surya telah menghianati cintaku
dan menghancurkan angan-angan indah yang dulu selalu dibanggakan. Telah
memisahkan orangtua Rangga dan Rasya. Malang sekali nasib anak-anakku tak
memiliki orang tua yang utuh. Maafkan Mama nak...
Emosiku
semakin memuncak, entah energi apa yang merasuki diriku hingga aku tega
menampar Diana. “ Ini tak seberapa dengan apa yang aku rasakan, kamu telah
merebut suamiku dan anak-anakku”
Diana
terisak...
“Apa
ini yang kamu sebut persahabatan” Emosiku semakin memuncak
“
Cukuuupp Niken...Jangan cacimaki Diana, ini semua salahku” Mas Surya membantu
Diana berdiri dari lututku.
“
Mas, aku akan membawa anak-anak pulang. Tolong jangan pernah lagi temui
anak-anakku, Urus anak kamu yang ada dalam perut Diana. Cukup sampai disini
kamu menyiksaku”, Aku masuk dan menggendong Rasya dan Rangga ke Mobil.
Mas
surya tersunggur di Tanah, terlihat penyesalan dalam raut wajahnya.
Aku
menyetir lebih kencang dengan anak-anak di sampingku. Kini aku lebih kuat
menghadapi pelik hidupku. Hanya Rangga dan Rasya yang mampu menguatkanku,
membuatku tersenyum dan bersemangat.
Kini
aku tak mampu lagi mengerti dan menelaah apa itu arti sahabat. Aku benar-benar
muak dengan Mas Surya. Aku benci janji-janji manis yang bulsyit.
Aku
akan buktikan jika aku kuat dan sanggup membesarkan Rangga dan Rasya sendiri.
Mereka buah hati yang kelak akan menjadi kebanggaanku.
Aku
akan mengubur semua kenangan indah bersama Mas Surya. Meskipun dada ini sangat
sesak aku berusaha tetap kuat. Mungkin ini memang jalan yang telah kupilih dan
harus kulalui. Aku berharap diujung jalan yang kutempuh ini ada seburat cahaya
yang dapat menuntunku ke arah senja yang indah. Kini aku hidup menjadi single
parents dengan kedua anak-anakku yang lucu.
kok "pelipis mataku basah" ki? -___- pelipis bukannya diatas mata, ya?
BalasHapusoh iya ya hehehehe salah berarti...#jdi malu
BalasHapusmksih koreksinya ya hehehe
aku ganti tulang pipi dech