Senin, 29 Agustus 2011

cerpen [Aku ingin Menikah,,,]





Sering dibayangkannya bahwa awan-awan yang putih di bentangan langit biru itu adalah pulau-pulau kapas. Kadang, awan itu membentuk bentangan air terjun yang membeku, atau gunung karang putih yang mengambang di lautan biru. Awan itu selalu memiliki bentuk yang bisa dibayangkan dengan imasinasi kita. 


Garis mega merah mulai nampak di ufuk barat daya, matahari mulai tenggelam di singgasananya, kini gelap mulai menjemput. 

Aku berjalan menelusuri rumput, bebatuan, debu yang seakan menyapaku. Dengan penampilanku yang kian hari kian kumal, celana yang dimana-mana telah robek. Rambutku mulai gondrong memenuhi bahu bidangku. Ku melangkah pulang. Entah apakah rumah itu masih dapat ku sebut sebagai rumah. 

Telah sekian tahun aku menghilang, pergi dari keluargaku. Kini ku ingin kembali. Meski dengan rasa gemetar untuk kembali lagi, aku tetap melangkah pasti. 

Aku tahu keluargaku pasti kecewa dengan keputusanku tempo lalu, aku memilih untuk pergi dengan makian ayahku yang membara. Sekian lama aku menjadi bandar barang haram itu. Aku selalu pulang dini hari dengan nafas aroma alkohol. 

Kejadian lalu teringang kembali di benakku,,,Ayahku memukulku hingga aku terkapar di lantai. Saat itu aku dalam keadaan setengah sadar. Aku tak dapat menangkisnya ataupun menghindar. Dengan terhuyung aku melangkah pergi. Saat itu aku hanya mendengar isak tangis ibu.

“Dasar anak memalukan keluarga, jangan kau berani menginjak rumah ini lagi”, Hardik ayah dengan mata memerah. 

Kepergianku membuatku semakin menggila, milik orang lain itu halal bagiku. Nyawapun tak berharga untukku, aku dengan tega dapat menghabisi nyawa siapapun demi kelangsungan hidupku. Belatung-belatung itu bagaikan nyawa yang tak berguna. 

Hidupku sungguh tak punya pegangan. Jalan sesukaku, semua ku anggap benar. Semua halal.

Tak jarang aku menggauli wanita dengan keberhasilanku merampok, berjudi, membunuh nyawa tak dikenal dengan bayaran menggunung. Aku bagaikan raja di antara wanita penggoda itu.

Jalang,,,

Berulang kali ku keluar-masuk teruji besi, semua terbayar dengan uang. Uang bagiku segalanya. 

Hidup memang keras,,,

Wanita itu, 

wanita berparas ayu itu menyadarkanku. 

Hatinya mulia, dia mampu menerimaku dengan segala kebiadapanku. Aku malu...

Aku malu dengan diriku sendiri, aku merasa rendah dan bodoh..

Sekian lama ku dibuat bimbang...

Hasratku ingin meminangnya sangatlah kuat,,,Terbesit keinginan kuat merasuk ragaku. Aku ingin menikah....

Ketakutan kini merasukku...

Wanita itu telah merengkuhku untuk kembali...

Langkahku semakin cepat,,,

Nampak rumah sederhana terlihat sunyi di ujung jalan...Telah lama ku tak menyebutnya itu rumah, kini ku kembali,,

Aku memang telah dibuang dari rumah itu, tak dianggap lagi sebagai penghuni..Namun ku melangkah nekat mengampirinya.

Kerut di wajah  ayahku nampak jelas, terbesit kerinduan di relung hatiku,,,

Aku bersujud dan memeluk kakinya...

“ Ayah maafkan aku....”, Rengekku seperti anak kecil meminta mainan,

Ayah membisu seakan tak mengenaliku lagi...

Ibu memegang pundakku dan menciumku...

“ Anton, akhirnya kau kembali, ibu merindukanmu”, Airmata itu memenuhi pipinya yang kriput. 

Aku merasa sangat durhaka dengan beliau...Air hangat merebah menelusuri pipiku yang terdapat luka bajok. Aku rapuh.

“ Tak punya malu kau berani kembali lagi”. Ayahku rupanya sangat menyimpan kebencian mendalam. 

Aku merangkul kakinya kembali, memohon ampun...Sekuat tenaga yang beliau miliki berusaha mengibaskan rangkulanku. 

“Ayah, silakan hukum aku apa saja, tapi maafkan aku yah..Aku ingin kembali menjadi putramu”. Rintihku tulus.

Ayah tetap membisu tak hiraukan kataku, tangis ibuku pecah...
“ sudahlah yah, maafkan anak kita, seburuk-buruknya dia, Anton darah daging kita, kita dapat menuntunnya kembali ke Jalan yang benar, ibu mohon maafkan anak kita”, Ibu memohon dengan derai air mata.

Ayah berbicara dengan parau dan serak...

“ terserah ibu sajalah”. Ayah melangkah masuk.

Aku merangkul ibu, telah lama tak ku dapatkan kehangatkan peluk sosok ibu. Hanya pelukkan birahi wanita penggoda yang ku nikmati kala itu.

Ibu memapahku duduk,,,Ibu menatapku dengan iba. Matanya terlihat menyimpan kepedihan yang tak terukur melihat diriku begini...

Ingin ku hapus derita itu...

Aku meminta ibu mencukur rambutku seperti kala aku masih SD selalu ibu yang merapikan rambutku..Menyisirku..Membelaiku penuh kasih

Ibu menyukurku dengan hati-hati, perlakuannya sama seperti beberapa tahun silam...
Kedamaian yang telah sirna kini ku rasakan kembali...

Bagaikan di guyur air dingin di saat gerah..

Seperti tetesan air di tenggorokan kala ku haus...

Kasih ibu tak lekang oleh waktu

Maaf ibu selalu terhampar luas untuk diucapkan

Terima Kasih ibu

Aku malu dengan diriku sendiri, mengapa aku kembali di saat aku membutuhkan mereka untuk melamarkanku seorang wanita yang membuatku tergila-gila. Wanita yang berhasil membuatku mengambil keputusan besar untuk meninggalkan dunia bejatku. Sungguh kau wanita penuntun jalanku.

Aku telah menorehkan luka di kedua orang tuaku. Aku bagai belati yang menyayat-nyayat ulu hatinya.

Aku sangat hina, apakah ku pantas menjadi suami?

Apakah aku pantas memiliki pendamping?

Apakah aku pantas mencintainya?

Apakah aku pantas dicintainya?

Kini ku kembali menata hidupku...







0 komentar:

Posting Komentar

 

Journey of Life Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang