Minggu, 28 Agustus 2011

cerpen [Malam Berkabut]


Malam ini ku tak mampu memejamkan mata,,,Rasa mual di perutku sungguh menyiksaku. Kepalaku juga terasa berat. Beberapa kali aku memuntahkan isi perutku. Lemas. Suhu tubuhku juga terasa lebih hangat. Pikiran berkecambuk. Melayang sesuka saubariku. “ Huuuueeeekkkkkkkkkkkk”. Perutku bener-benar tak dapat diajak kompromi. Mungkin seisi perutku sudah ku muntahkan semua. Tersisa cairan putih bening yang dapat kumuntahkan saat mual tak tertahan lagi. Tubuhku terhuyung dan terjatuh di dinding pintu. Apa yang terjadi denganku. Apakah aku terlalu kecapean ataukah aku....Tidaaaakkkk. Aku tak mau hamil.  Aku bangkit dan merayap ke lemari pakaian di samping meja belajar. Ku membuka rak terbawanya. Masih ku jumpai bungkusan pembalut yang tak berkurang setelah ku beli 2 bulan lalu. Kakiku semakin lemas. Pikiranku tak sangkup berpikir lagi. Mataku melotot saat tak ku jumpai lingkaran merah pada setiap tanggal  di tiga bulan terakhir ini. Aku HAMIL...air mataku tak dapat ku bendung lagi. Kini pipiku benar-benar basah. 

Aku ingin marah...Aku ingin teriak sekencangnya...Penyesalan memang selalu datang di belakang. Dulu aku tak pernah memikirkan resikonya, aku hanya menikmati kenikmatan sesaat. Kenikmatan yang mengantarkanku pada pintu kehancuran. Aku mengendap-ngenap Ke kamar mandi umum di dalam Kosku. Terakhir kali ku melihat ada tespek di sana. Mungkin masih ada....Jam telah menunjukan pukul 12.30, seluruh lorong sepi. Hanya beberapa terdengar masih menyaksikan TV. Aku membuka perlahan pintu kamar mandi. Di Rak peralatan mandi kak Rani, masih tersimpan rapi tespek yang kulihat tempo hari. Masih terbungkus plastik. Aku langsung memungutnya tanpa seijin dia. Aku tak sanggup untuk memintanya, dan aku lebih tak sanggup lagi untuk membelinya sendiri. Aku kembali ke kamarku. Aku harus menunggu besok pagi untuk mengeceknya. Air mataku tak henti menetes. Ku raih ponselku, ku pencet kontak yang tertulis nama Beb-bebQ. “ Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, tolong hubungi beberapa saat lagi”. Ponsel BBku lepas dari peganganku. Tangisku semakin menjadi.  Tuhan, mengapa di saat aku begini, Vino tak ada. Kembali ku menghubungi Vino. Namun tetap sama. Tak ada koneksi. Waktu terus bergulir, hingga fajar menjelang. Mataku semakin sembab. Air mataku telah terkuras habis. Perutku masih memuntahkan isinya. Cukup....Hentikan...Aku tak sanggup lagi mengeluarkan cairan dalam lambungku. Perih. Ku mencoba meraih ponselku. Nomor Vino masih belum aktif juga.

Tuhan, apakah ini hukuman untukku?. Apakah ini karma untuk kenakalanku?. Maafkan aku Tuhan. Ampuni aku Tuhan. 

Aku berjalan dengan sisa kekuatanku, ke kamar mandi dalam kamarku. Aku mengecek apakah aku benar-benar hamil. Mataku masih terpenjam tak berani menatap hasil yang tertera pada gagang tespek. Aku tak sanggup....

Ku buka pelan-pelan mataku, Positif. Aku lemas. Aku terjatuh. Baju tidurku basah. Air mataku tumpah lagi. “Vinooooooooooooooooo, aku hamil..................”, Aku hanya bisa menangis sesegukkan. Air dingin mengunyur seluruh tubuhku melalui celah-celah shower. “ Aku hamil...apa kata mama nanti, makian apa yang akan ku trima dari papa, ejekan apa yang akan aku dengar dari orang-orang, apa aku sanggup...apa aku kuat..apa aku....vino dimana?, aku hamil......”. tangisku semakin pecah. 

Ku tak punya keberanian untuk keluar dari kamar, mataku sembab dan diriku mungkin sangat kucel. Aku belum siap jika orang lain tau aku hamil. Ponselku tiba-tiba berdering,,Ku meliriknya. Muncul nama Bunda Vino. Aku langsung cepat-cepat mengangkatnya. “ Lita, tolong ke RSCM sekarang, penting”. Terdengar suara Tante Sofia parau. Suara orang menangis. Apa yang terjadi dengan Vino. “Iya tante, aku segera ke sana”. Sikap tak sopanku kambuh, aku tak mengucap salam apapun langsung mematikan telpon. Aku meraih jaket yang ku gantung. Tanpa merapikan diri ku langsung menuju RSCM. 


Tante Sofia memelukku, air matanya menetes di pundakku. “Apa yang terjadi tante??”. Aku bingung. “ Vino...Vino kritis, semalem dia kena tembak di dadanya, dan sekarang dia kritis...”. Aku bagaikan tertimpa tangga dua kali. Vino, pria  yang menjadi calon bayiku kritis. Aku tak sanggup. 

Dokter keluar dari ruangan Vino. “ Salah satu boleh masuk, pasien telah sadar”. Ucap Dokter seraya meninggalkanku dan tante Sofia yang berlinang air mata. Tante Sofia menyuruhku masuk.

Aku masuk, kulihat Vino terbaring lemah dengan infus di tangannya, bantuan bernafas di hidungnya yang disalurkan pada tabung. Vino terlihat lemah. Vino tersenyum menatapku. Aku hanya bisa meneteskan air mata. “ Kamu, jaga diri baik-baik ya, aku tak akan lama lagi...”. Aku memotong katanya, “ Tidak, kamu pasti kuat. Kita akan punya baby. Aku hamil....aku hamil anak kita beb...”, aku berusaha tersenyum. Ku menangkap ekspresi kaget di wajahnya yang sayu. Air mata Vino merebah di pipinya.          “ Maafkan aku....maafkan.........”. Ucapnya lirih. “Kenapa??, kita akan membesarkan anak kita bersama kan??”, Tanyaku sembrani memengang tangannya. Dingin. Vino sudah terpenjam.                 “ Vinoooooooooooo....................”, teriakku keras. Tante Sofia dan Om Toni mendekatiku. “ Ada apa lita??”, Tanya Om Toni. Aku bisu. Dokter dan perawat mengampiri kami. Yang kulihat perawat telah melepaskan segala selang kecil yang melekat di tubuh Vino. Aku benar-benar ambruk. Aku pingsan. 


Di atas tanah merah itu ku menangis,,,air mataku tak henti merebah. Semua orang menatapku iba. Aku benar-benar hancur, lemah, lelah, lunglai. Aku tak punya daya lagi. 


Vino, kamu pergi meninggalkan benih di rahimku, meninggalkan sejuta harapan yang telah ambruk dan meninggalkan kenangan yang tak mungkin bisa ku lupakan. Vino, ku tetap akan menjaga anak kita tanpa sosok ayah di sisinya. Ku yakin pada  anak kita nanti akan hadir jiwamu di sisiku. Jiwamu akan menemaniku selamanya di dalam anak yang ku kandung ini. Ku kan selalu mencintaimu, Vino Aditya Pranata.

5 komentar:

  1. cerita sama idenya udah baguuus ^^ cuman mungkin format cerpennya aja ki, yg agak kurang.
    hehehe. keep blogging yaa ^^

    BalasHapus
  2. oke thankz masukkannya ya...sangat membantuku hhehhe
    aku jg merasa kurang konfliknya ci
    thank dah baca y.. :-)

    BalasHapus
  3. Numpang baca......!!
    lumayan bagus... so yang pasti semangat buat nulis dan berani menulis itu saja sudah cukup, kalau bahasanya sering2 juga bisa bagus dengan sendirinya...

    BalasHapus
  4. suwardi@wah mksih ya dah baca..
    iya lagi iseng nulis dan lg bljr aja..oia butuh masukkan ya..Thankz :-)

    BalasHapus

 

Journey of Life Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang