Jumat, 09 September 2011

*Aku, Dia dan perempuan pilihannya* :-(




Aku mencintainya saja dan tidak memilikinya bukan berarti aku lemah. Aku memang pernah memilikinya namun itu sejenak. Bukan aku yang tak mampu menggenggam. Bukan karena ketidakpantasan aku untuknya, juga bukan ketidakmampuanku untuk terus bersamanya pula,  bukan  karena kekuranganku dibalik pilihannya itu. Itu karena hatinya bukan milikku lagi. 

 

Menepis kegalauan dan kecemburuan semata karena aku percaya ini cinta yang dianugrahkan untukku oleh Tuhan dan disetujui hatiku. 

Sesekali aku mencoba berlari namun aku teteap terjatuh di hatinya. Padahal aku tahu hatinya tak akan kembali untukku lagi. 

Berulang kali ku menyeka air mataku, berusaha menguatkan batinku...Tak merasa lelah untuk mempertahankan rasa yang telah terpelihara bertahun-tahun. Tak semudah itu melepas rasa yang telah bersemayam lama di hatiku.

Bukan salahku membiarkan dia memilih hatinya untuk mendampinginya sekarang. 

Betapa besar ku menguatkan hatiku untuk menerima kenyataan ini,,,

Tak kuasa menahan perih ketika aku harus menyaksikan dia bersendau gurau dengan dirinya yang telah menggantikan posisiku.  Kata sayang untukku telah beralih untuknya. Rayuannya, pujiannya, sikap manjanya, tawanya segalanya benar-benar hilang untukku.

Aku tak menyalahkan dia yang tak bisa membahagiakan diriku dan hatiku...

Bukan karena ketidakmampuannya dia membahagiakan hatiku, namun memang aku bukan untuknya.
Kini aku hanya mencoba menguatkan batinku untuk tetap bertahan. Terkadang rasa ciut menyerangku, membisikiku dengan bisikan yang membuatku semakin kecil. 

“ Dia memilih orang lain karena kau lebih di buruk dibanding dia”

Berulang kali ku menghibur diriku, bukan aku tak mampu membahagiakan dia, tetapi dia memang tidak memilihku meski telah lama kami bersama. 

Air mata hangat inilah yang selalu menemaniku kala ku menguatkan diri...

Tetap bertahan dalam perasaan ini tanpa harus menyalahkannya. 

Andai dia tahu betapa rapuhnya aku saat dia memutuskan untuk memilih hatinya. 

Kerapuhanku memang terlihat semu, ku tak mau membebaninya dengan cintaku yang teramat besar untuknya. Aku tak ingin memaksakan kehendakku yang terkadang membuatnya semakin ingin terlepas olehku.

Salahkah perasaan ini...

Beruntungnya ia yang telah memikat hati orang yang aku sayang. Bahagianya ia telah bersanding dengan mantan ke kasihku. Sejujurnya ku tak ingin menyebut mantan, dia kekasihku selamanya. Ya kenyataannya dia memang tidak memilihku.

Meski ku merasa iri, merasa tersaingi, merasa terlebihi olehnya, ku tetap mengumbar setipis senyum. 

Sungguh luar bisa perasaan ini, hingga membuatku mati rasa. Tak bisa mencinta lagi selain dia. Terlalu besarkah rasa ini untuknya hingga jurang itu selalu membatasiku saat ku mulai mengenal pria. 

Aku ingin menyampaikan...

“ Perasaanmu yang telah mencintaiku memang sebenarnya telah sampai ke hatiku, hanya saja aku tak bisa mengikat dalam kebersamaan, hatiku belum mampu menerima pengganti dia”.
Kita harus menghargai rasa yang telah dianugrahkan oleh Tuhan. 

Memeliharanya meski kita tak terpilih oleh hatinya. Tetap bertahan meski hati terasa sakit. Ini memang prinsipku ketika aku mencintai. 

Cinta itu tanpa pamrih.

Cinta itu tak perlu dinodai dengan rasa marah, dendam, dan egois.
Aku memang manusia biasa yang tak luput dari rasa marah, dendam dan egois, namun ku mencoba tetap menjaga rasa ini.

Aku tetap bertahan dengan cinta yang terlepas hingga menjadi tak terbalas. Biarlah ini menjadi fase perjalanan rasa yang kulewati.

Dia, terima kasih telah memberikan banyak warna di hidupku, telah menjadi sahabat yang baik untukku, telah menorehkan perih yang sekuat tenaga selalu ku balut. Maaf jika aku membuat dia tak memilihku. 

Perempuan pilihannya, Setiap ku ingin mengucap sepatah kata selalu derai air mata yang mendahului. Aku merasa tersaingi. Aku merasa tergantikan. Aku memang hampir hanyut.









0 komentar:

Posting Komentar

 

Journey of Life Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang