Tuhan memang menganugrahan lebih ciri kewanitaanku. Berbeda dengan remaja seumuranku. Kadang membuatku sangat tak nyaman dan tak percaya diri.
Namun aku terima semua yang Tuhan kasih untukku. Aku bersyukur. Aku selalu membangun rasa percaya diri. Dan menutup telinga orang-orang yang menggunjingkan aku.
Aku dibuat takut dengan keadaanku yang tanpa diduga-duga merasakan sakit pada sisi kiriku. Kesakitan ini mulai kurasakan saat ku berumur 16 Tahun, kira-kira segitu. Aku sedikit lupa. Sudah cukup lama nyeri itu ku rasakan.
Aku tak berani mengatakan ke siapapun tentang nyeri yang kerap ku rasakan. Aku takut. Sampai sekarangpun aku takut dengan kondisiku nanti setelah dipriksakan.
Nyeri itu terasa tanpa di duga dan diperkirakan, bahkan terjadi bukan karena aku akan datang bulan. Tetapi memang nyeri. Aku sendiri belum tahu apa penyebabnya.
Jika nyeri itu hadir hanya rintihan dan tetesan air mata yang dapat ku lakukan. Aku bungkam.
Aku mengganggapnya fase ini wajar terjadi. Aku tak pernah mempeributkan rasa nyeri ini. Walaupun sebenernya ku menanyakan ke sesama perempuan, ia tak merasakan sepertiku.
Aku tak dapat memperkirakan rasa nyeri itu hadir berapa kali dalam sebulan. Kadang tak terhingga kadangpula tak pernah. Ini yang membuatku merasa tenang dan berpikir hanya nyeri biasa.
Suatu ketika nyeri ini begitu hebat hingga aku tak tahan, aku benar-benar kesakitan. Aku memberanikan diri untuk berbicara ke ibu dengan derai air mata. Ibu orang yang selalu mendengarkan keluh kesahku.
Ibu prihatin, ibu menyarankanku untuk priksa. Sebenernya aku takut untuk mendengar apa yang telah membuatku nyeri. Aku takut menerima kenyataan yang tidak sesuai inginku.
Setelah mengumpulkan keberanianku, aku mencoba mendatangi dokter umum di Semarang...
Aku diperiksa, dokter mengatakan rasa nyeri ini diakibatkan oleh benjolan kecil yang memang sejak kecil sudah tertanam di situ. Benjolan ini memang tak setiap perempuan punya. Hanya aku yang punya karena ini kelainan.
Dokter menyarankan aku untuk USG, jika bencolan ini mengganggu kenyamananku lebih baik di operasi *denger kata operasi saja aku merinding*, tetapi jika tidak mengganggu kenyamanan tak apa tanpa dipotong. Aku lega. Menurut dokter benjolan ini tak berbahaya. Aku bersikukuh tak mau operasi untuk menghilangkan benjolan ini.
Aku hanya diberi obat anti nyeri yang sampai saat ini belum aku minum. Entah kemana sekarang...
Aku berusaha meyakinkan diri untuk mengakui ini tak berbahaya. Ibu selalu memaksaku untuk operasi kecil. Sejujurnya aku sangat trauma dengan operasi karena aku pernah operasi jari paska kecelakan namun membuatku kecewa dan bagiku tak berhasil, bahkan lebih parah. Aku takut operasi yang melibatkan ciri kewanitaanku ini juga akan tak berhasil. Bukan aku tak percaya dengan ahli bedah yang menghabiskan bertahun-tahun untuk sekolah, sungguh bukan itu maksudku.
Trauma itu yang menghantuiku hingga aku ketakutan.
Setelah terjadi penolakan untuk melakukan operasi kecil, rupanya nyeri itu tak timbul. Aku dapat bernapas lega.
Beberapa bulan kemudian nyeri itu datang lagi namun ringan. Aku kuat untuk menahannya. Meski tetap nyengir-nyengir. Aku mampu dan tak mengeluh.
Hilang. Datang. Hilang. Datang .Hilang.
Namun ku menepis semua prasangka buruk mengenai nyeri ini. Sehingga aku melewatinya dengan biasa saja tanpa ada pikiran negatif.
Tiga hari belakangan ini disepanjang hari setelah bangun tidur dan hampir tidur kembali ku selalu merasakan nyeri. Bahkan untuk mengurangi nyerinya ku selalu menekannya dengan tanganku. Hingga aktifitasku sedikit terganggu. Aku berusaha menahan dan tetap kuat. Aku tak berani mengatakan lagi kepada ibu. Jika aku mengatakan pasti hari ini juga langsung operasi. Aku tak mau. Aku belum siap.
Setiap nyeri itu hadir kuhanya mampu menekannya sehingga sedikt mengurangi rasa nyeri ini.
Ku hanya bisa berdoa, semoga rasa nyeri ini hanya nyeri biasa tak menandakan terselubung penyakit, atau apapun yang tak aku inginkan.
“ Tuhan kuatkan aku tuk melewati ini semua Tuhan, Kau pelindungku, Kau penguatku, ku yakin Kau tak akan pernah memberi cobaan yang melebihi kemampuan hambanya, Aku yakin Kau memberikan ini karena Kau tahu aku kuat”
0 komentar:
Posting Komentar